Nasional

TAUD Ungkap Temuan Awal Kematian Pengemudi Ojol Affan Kurniawan: Ada Unsur Kesengajaan

Rabu, 10 September 2025 | 22:15 WIB

TAUD Ungkap Temuan Awal Kematian Pengemudi Ojol Affan Kurniawan: Ada Unsur Kesengajaan

Koordinator kontraS Dimas Bagus Arya. (Foto: tangkapan layar Youtube YLBHI)

Jakarta, NU Online

Tim Advokasi untuk Demokrasi (TAUD) melalui Gugus Tugas Pencari Fakta mengungkap temuan awal terkait kematian pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, saat demonstrasi besar pada 28 Agustus 2025.


Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Dimas Bagus Arya, yang juga menjadi anggota tim pencari fakta TAUD, menjelaskan bahwa investigasi dilakukan dengan metode lapangan, analisis video, hingga wawancara saksi. Ia menyebut kematian Affan tidak bisa dilepaskan dari pola pengendalian massa yang represif.


“Kami menegaskan, berdasarkan video dan keterangan saksi, Affan Kurniawan memang korban terlindas kendaraan taktis Brimob. Ada unsur kesengajaan dalam penggunaan kendaraan tersebut karena sebelumnya sudah dilakukan upaya pengendalian massa dengan gas air mata,” ujar Dimas dalam konferensi pers dikutip NU Online dari Youtube YLBHI, Rabu (10/9/2025).


Menurut laporan TAUD, aksi massa yang dimulai sejak 25 Agustus meningkat pada 28 Agustus pagi, dengan konsentrasi di kawasan Senayan, Patung Kuda, dan Gedung DPR RI. Situasi memanas ketika massa berusaha mendekati gerbang DPR sekitar pukul 15.00 WIB, hingga polisi merespons dengan gas air mata, water cannon, dan kendaraan taktis.


Sekitar pukul 19.15 WIB, bentrokan kembali terjadi di kawasan Slipi dan KS Tubun. Di lokasi ini, Affan yang sedang mengantarkan pesanan makanan justru ikut terseret dalam situasi ricuh.


"Video dan saksi mata menunjukkan kendaraan taktis jenis rantis Rimueng melaju cepat ke arah kerumunan dan melindas Affan. Setelah itu, tubuh korban sempat terseret beberapa meter hingga akhirnya kritis. Affan sempat dilarikan ke RSCM, tapi nyawanya tidak tertolong," ungkap Dimas.


Tim investigasi menilai penggunaan kendaraan taktis untuk membubarkan massa merupakan tindakan eksesif.


Dimas menegaskan, kendaraan tersebut seharusnya tidak digunakan sebagai alat pengurai massa setelah gas air mata sudah ditembakkan.


Kompolnas sebelumnya menyatakan bahwa pengemudi yang membawa Rantis Rimueng yang melindas Affan dalam keadaan blind spot atau titik buta. Namun hal itu dibantah oleh TAUD karena menurut temuan mereka terdapat kamera di mobil tersebut.


"Argumentasi bahwa pengemudi tidak melihat korban juga gugur. Kendaraan taktis ini dilengkapi kamera eksternal dan GPS. Jadi seharusnya bisa dipantau,” tegasnya.


Selain itu, TAUD mengklarifikasi beredarnya narasi yang menyebut Affan didorong massa hingga terlindas.


"Tidak ada bukti atau keterangan saksi yang mendukung klaim itu. Faktanya, Affan bukan demonstran. Ia hanya kebetulan berada di lokasi saat mengantarkan pesanan," jelas Dimas.


Peristiwa tragis ini, menurut TAUD, memicu gelombang protes lanjutan di berbagai kota sebagai bentuk respon publik terhadap brutalitas aparat. TAUD menekankan perlunya investigasi independen, transparan, dan akuntabel terhadap kasus ini.


"Temuan awal ini kami sampaikan sebagai bentuk tanggung jawab moral. Rekomendasi kami jelas yaitu ada dugaan pelanggaran serius oleh aparat, dan itu harus diusut tuntas," pungkas Dimas.