Nasional

Temui Lembaga Falakiyah PBNU, Direktorat Urais Kemenag Diskusi Penentuan Awal Hijriah

Rabu, 22 Januari 2025 | 16:00 WIB

Temui Lembaga Falakiyah PBNU, Direktorat Urais Kemenag Diskusi Penentuan Awal Hijriah

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Arsad Hidayat, Ketua LF PBNU KH Sirril Wafa, Wakil Sekretaris LF PBNU Muh Ma'rufin Sudibyo di Gedung PBNU lantai 5, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Rabu (22/1/2025). (Foto: NU Online/Syakir NF)

Jakarta, NU Online

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama (Kemenag) Arsad Hidayat bersama jajaran subdirektoratnya mengunjungi Lembaga Falak Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) di Gedung PBNU Lantai 5, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Rabu (22/1/2025).


Ketua LF PBNU KH Sirril Wafa menerima secara langsung kehadiran rombongan Urais itu. Ia didampingi Sekretaris LF PBNU Asmui Mansur, Wakil Sekretaris Muh Ma'rufin Sudibyo, dan sejumlah anggota LF PBNU.


Dalam kesempatan tersebut, Arsad mengapresiasi kerja aktif LF PBNU dalam proses penentuan awal bulan Hijriah. Sebab, hasil hisab dan rukyat LF PBNU sangat akurat dan berpengaruh besar terhadap masyarakat.


“Kerja sama organisasi masyarakat (ormas) seperti PBNU ini sangat strategis karena berisikan ulama-ulama, sehingga hasilnya akurat, seperti yang berkaitan dengan falakiyah atau hisab rukyah ataupun yang lain-lainnya,” katanya.


“Hasil falak yang PBNU lakukan ini berdampak banyak bagi umat Indonesia, banyak yang mengikuti hasil dari PBNU,” lanjut Arsad.


Sementara itu, KH Sirril Wafa menegaskan bahwa penentuan awal bulan Hijriah yang dilakukan LF PBNU menggunakan metode hisab hakiki dan rukyah.


“Kalau yang lain itu kan menggunakan metode hisab urfi. Kalau di NU tidak menggunakan hisab urfi. NU menggunakan metode rukyah dan yang hisab menggunakan metode hisab hakiki,” ujarnya.


Kiai Sirril menyampaikan hasil dari kedua metode tersebut akurat karena mengikuti dari perkembangan gerak matahari. Dengan hasil yang akurat ini membuat umat Islam di Indonesia akan lebih mengikuti keputusan LF PBNU dalam penentuan awal bulan Hijriah.


“Keakuratan ini yang membuat umat Islam lebih tenang dalam menjalankan ibadah seperti Ramadhan, maulid,” katanya.


Lebih lanjut, Kiai Sirril juga menjelaskan bahwa penentuan awal bulan Hijriah di lingkungan PBNU juga mengalami perkembangan dengan munculnya Qath’iy Rukyah Nahdlatul Ulama (QRNU). Kemunculan ini sebagai hasil diskusi panjang para ahli falak PBNU menyikapi kemungkinan hilal tidak terlihat dalam posisi yang sudah tinggi. Jika ditetapkan istikmal atau digenapkan 30 hari, dikhawatirkan bulan berikutnya hanya berjumlah 28 hari.


Oleh karena itu, jika hilal sudah memenuhi kriteria QRNU, meskipun tidak terlihat, awal bulan bisa ditetapkan hari esoknya. “Walau tidak berhasil bisa masuk tanggal (awal bulan Hijriah),” kata dosen ilmu falak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.