Wamenag Ingatkan Hari Santri Wujud Penghargaan Negara terhadap Resolusi Jihad KH Hasyim Asy'ari
Rabu, 27 September 2023 | 22:00 WIB
Wakil Menteri Agama (Wamenag) RI H Saiful Rahmat Dasuki saat Santri Fest yang digelar Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) di Pusat Perfilman H Usmar Ismail, Jakarta Selatan, Rabu (27/9/2023). (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Wakil Menteri Agama (Wamenag) RI H Saiful Rahmat Dasuki mengingatkan bahwa peringatan Hari Santri merupakan wujud penghargaan negara terhadap Resolusi Jihad yang dikeluarkan Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, pada 22 Oktober 1945.
Ia bersyukur karena delapan tahun lalu Presiden Jokowi menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015.
"Hari Santri adalah sebuah penghargaan negara terhadap perjuangan para santri. Jika tidak ada resolusi jihad yang dikeluarkan oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari maka dapat dipastikan tidak ada perlawanan arek-arek Surabaya pada 10 November 1945," jelas Saiful.
Hal itu diungkapkan saat ia menghadiri acara Santri Fest yang digelar Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) di Pusat Perfilman H Usmar Ismail, Jakarta Selatan, Rabu (27/9/2023).
Saiful menjelaskan, resolusi jihad dikeluarkan karena pada saat itu negara-negara penjajah ingin kembali menduduki Indonesia. Namun semangat resolusi jihad itulah yang menjadi stimulus perlawanan bangsa dan anak-anak muda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
"(Hari Santri) itu adalah pengakuan negara bahwa santri menjadi bagian utama dalam menjaga kemerdekaan RI dari dulu hingga sekarang, dan insyaallah sampai masa mendatang," ucap Saiful yang juga salah seorang Ketua PP Gerakan Pemuda Ansor itu.
Kiprah Santri di Pemerintahan
Saiful menyebut bahwa santri juga mampu berkiprah di dunia pemerintahan. Bahkan, katanya, Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin adalah seorang santri. Ia pun bersyukur sebagai seorang santri yang bisa mengemban amanah sebagai Wamenag, dan mendampingi seorang santri yang menjadi Menteri Agama H Yaqut Cholil Qoumas.
"Jadi di kementerian Agama ini, saya mewakili Gus Yaqut Cholil Qoumas sebagai menteri. Tapi beliau juga ketua umum saya, karena saya juga Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor," kata Saiful.
"Jadi, saya dengan Gus Yaqut ini dua pimpinan. Pertama, beliau pimpinan saya karena ketua umum GP Ansor. Kedua, beliau pimpinan saya karena beliau adalah menteri agama," lanjutnya.
Berkiprah dari Bawah
Di Gerakan Pemuda Ansor, Saiful mengaku berkiprah dari bawah. Dimulai dari menjadi pengurus Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ansor pada 1991.
"Jadi Ketua Kecamatan, naik menjadi Sekretaris Cabang. Lima tahun kemudian baru jadi Ketua Cabang, lima tahun kemudian jadi Sekretaris Wilayah, lima tahun kemudian jadi Ketua Wilayah, dan baru menjadi (Ketua) Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor," terang Saiful.
Ia menekankan, seluruh kiprah yang dilakukan selama di Ansor itu tak pernah sedikit pun membayangkan sebuah posisi yang ia dapatkan hari ini. Saiful hanya berharap dapat diakui sebagai santri Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari.
"Kita hanya bisa berharap mudah-mudahan kita diakui sebagai santri KH Hasyim Asy'ari. Karena ketika kita diakui sebagai santri insyaallah semuanya akan berjalan sesuai dengan yang kita cita-citakan selama kita berjalan pada pijakan yang benar," pungkasnya.