Banjir menggenangi sebagian wilayah Dukuh Druju, Desa Bungasrejo, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati pada Senin (27/10/2025). (Foto: Ahmad Solkan)
Pati, NU Online
Sri Narni, warga Dukuh Druju, Desa Bungasrejo, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah mengeluh, apabila setiap hujan turun dalam durasi dua hari atau lebih, maka daerahnya jadi langganan banjir.
Menurutnya, beberapa hari kemarin, Dukuh Druju tergenang banjir setelah hujan turun terus-menerus. Seperti yang biasa terjadi, hal tersebut mengganggu aktivitas kesehariannya dan warga lain.
"Ya, aktivitas sehari-sehari ya terganggu. Saya kalau banjir ya, tidak bisa kerja kalau banjir, karena mesin (jahit) saya naikkan," ujarnya kepada NU Online pada Kamis (30/10/2025).
"Kalau kemarin air tidak masuk rumah, karena ada ruko (menghalangi kali ke rumahnya). Kalau sebelum ada ruko air masuk terus. Kalau tiap banjir masuk ke dalam rumah," jelasnya.
Diduga, penyebab utama banjir di Dukuh Druju bagian barat karena hujan yang turun secara terus-menerus serta saluran air tidak bekerja secara maksimal karena mengalami pendangkalan dan penyempitan. Selain itu juga karena pembangunan permukiman yang semakin banyak.
"Saluran air ini pada waktu saya kecil masih lebar. Sekarang orang sudah tidak peduli saluran air. Malah kalau dibuatkan talut jadi menyempit (badan saluran air). Seperti kali sebelah selatan itu sekarang jadi dangkal, belum dikeruk lagi dan lebarnya sudah tidak seperti dulu," ungkapnya.
Ia berharap kepada pemerintah agar lebih memperhatikan banjir di Dukuh Druju. Pasalnya, banjir tersebut sering muncul dan menggenangi sebagian Dukuh Druju setiap kali hujan deras sejak tahun 2014.
"Itu dibenahi drainasenya, kalinya diperlebar agar airnya dapat mengalir lancar. Kalau masalah sampah itu orang-orang masih menggampangkan," ungkapnya.
Umbarmi (39), salah seorang guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bungasrejo mengaku terkena dampak saat banjir menggenangi sebagian wilayah Dukuh Druju. Akses jalan bahkan lingkungan sekolah tergenang akibat banjir tersebut.
"Kami mengalami kesulitan akses jalan menuju tempat kami bekerja karena jalur utama yang kami lewati tergenang air cukup tinggi. Sehingga kami harus berputar mencari jalur alternatif guna menghindari dalamnya genangan air yang tentunya hal ini lebih memakan waktu yang dampaknya juga bisa berimbas pada keterlambatan presensi elektronik kami," terangnya.
Ia menambahkan, banjir kemarin terjadi pada hari Ahad (26/10/2025) hingga Senin (27/10/2025) setelah beberapa hari secara berturut-turut turun hujan. Banjir tersebut menggenangi beberapa titik di Dukuh Druju, salah satu di antaranya SDN Bungasrejo.
Air menggenangi lingkungan sekolah mulai dari halaman, toilet, kantin hingga beberapa emperan kelas. Katanya, air banjir yang menggenangi mencapai setinggi di atas mata kaki.
"Dapat dikatakan hampir tiap tahun selalu dilanda banjir. Setiap kali musim penghujan tiba, pasti akan ada banjir datang. Tidak hanya terjadi sekali dua kali saja dalam setahun. Bahkan kadang bisa lebih. Hal ini sudah terjadi sedari dulu, daerah kami menjadi langganan banjir," jelasnya.
Karena letak geografis sekolah yang berdekatan dengan kali atau sungai yang cukup dalam, saat terjadi banjir biasanya pihak SDN Bungasrejo memberlakukan pembelajaran daring demi keselamatan anak-anak. Menurutnya, pemberlakuan pembelajaran daring tersebut agar anak-anak bisa belajar dengan bimbingan guru dan orang tua.
"Sejujurnya dapat dikatakan bahwa meskipun banjir dapat mengganggu aktivitas pembelajaran secara luring, namun bagi anak-anak banjir itu adalah momen yang dirindukan dan bahkan dinantikan setiap tahunnya karena seolah mereka mendapatkan water boom gratis," tuturnya.
Menurutnya, penyebab utama banjir di Druju karena faktor alam yaitu hujan deras yang turun selama berhari-hari. Selain itu kiriman air kali dari arah timur dan selatan juga menjadi pemicu.
Hal ini menyebabkan debit sungai naik hingga meluap dan menggenangi ruas jalan, persawahan dan beberapa rumah penduduk.
Umi sapaan akrabnya menyatakan, sebelumnya sudah ada beberapa upaya yang dilakukan pemerintah dalam menangani banjir tersebut.
Di antaranya melakukan normalisasi sungai, penanaman pohon perindang di pinggiran sungai serta imbauan untuk warga agar membuang sampah pada tempatnya. Bahkan saat ini, di wilayah Desa Bungasrejo sudah dibangun proyek nasional berupa pembuatan bendungan karet.
"Hanya saja kembali ke faktor alam dan banjir kiriman," jelasnya.
Ia berharap agar pemerintah melanjutkan program normalisasi sungai untuk menangani banjir di Dukuh Druju.
"Harapannya ke depan adalah semoga normalisasi sungai bisa dilakukan secara kontinu tidak hanya di desa kami tapi juga di beberapa rangkaian sungai yang jalurnya tersambung, supaya banjir di tahun-tahun mendatang dapat berkurang frekuensinya," harapnya.