Warga Sayung Minta Pemerintah Tak Asal Tangani Banjir Rob
NU Online · Selasa, 28 Oktober 2025 | 13:00 WIB
Suci Amaliyah
Kontributor
Demak, NU Online
Selama bertahun-tahun, masyarakat dan pengguna jalan di pantai utara Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, menanggung berbagai penderitaan karena banjir rob yang terus merendam jalanan. Mereka kecewa karena persoalan menahun itu tak kunjung tuntas. Solusi konkret kian mendesak.
Warga Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, terus berjuang menghadapi banjir rob dan penurunan tanah yang kian parah dari tahun ke tahun. Salah satu warga, Mbah Mung Prayono, menceritakan bagaimana desanya perlahan berubah sejak ia menetap di sana pada tahun 1994.
"Saya pindah di Sayung itu tahun 1994. Rumah saya mulai dibangun tahun 1990, setelah menikah baru pindah ke Sayung. Waktu itu masih ijo royo-royo, masih banyak kelapa dan lapangan. Garis pantai sekitar 4 kilometer dari perkampungan kami," katanya kepada NU Online, Senin (27/10/2025).
Menurut Mbah Mung, warga saat itu tidak pernah membayangkan akan menghadapi banjir rob setelah mendengar kabar soal pembangunan tol.
"Tahun 1990 memang sudah ada isu akan dibangun jalan tol, tapi kami tidak terlalu memikirkannya. Baru sekitar tahun 2005–2006 mulai banyak tanaman mati. Tahun 2005 air laut sudah mulai masuk, garis pantai berubah ke tempat kami," ujarnya.
Sampai akhirnya terjadi penurunan tanah kini mencapai sekitar 10 sentimeter per tahun. "Rumah saya sudah tiga kali dinaikkan pondasinya. Yang terakhir setinggi 75 sentimeter. Pondasi pertama sudah kuat, tapi belum sempat dibangun sudah harus dinaikkan lagi," imbuhnya.
Mbah Mung menjelaskan, kondisi ekonomi masyarakat berpengaruh terhadap kemampuan mereka menyesuaikan rumah dari dampak rob.
"Ada tiga golongan. Yang tidak mampu, rumahnya dibiarkan saja karena tidak bisa meninggikan. Yang menengah seperti saya, menaikkan rumah seadanya karena mau pindah juga tanah di luar sudah mahal. Yang mampu biasanya pindah ke lingkungan lain," katanya.
Ia menuturkan, kondisi paling berat dirasakan saat pandemi Covid-19.“Tragisnya waktu Covid, parah sekali. Orang-orang di sini tidak bisa keluar karena terisolir. Tidak ada obat, tidak ada bantuan yang sampai,” ungkapnya.
Soal penanganan pemerintah, Mbah Mung menilai masih belum tepat sasaran. Hybrid Sea Wall hingga Green Sea Wall sebagai upaya penanganan banjir rob.
Hybrid Sea Wall adalah kombinasi struktur keras (tanggul beton) dan struktur lunak (restorasi ekosistem, seperti mangrove) untuk mengatasi banjir rob dan abrasi. Green Sea Wall lebih fokus pada solusi berbasis alam (hanya mangrove dan ekosistemnya).
"Tentang Green Sea Wall atau Hybrid Sea Wall itu, kami sudah memberi masukan supaya warga dilibatkan. Bukan karena kami minta duit, tapi karena kami yang tahu kondisi daerah sini,” ujarnya.
Menurutnya, banyak penanaman mangrove yang tidak sesuai jenis tanah sehingga gagal tumbuh. “Mangrove itu sering hanya jadi seremoni. Habis ditanam, mati lagi. Kadang salah jenis, kadang karena ombak besar. Akhirnya mangrove hilang,” tuturnya.
Mbah Mung juga menyinggung soal pembangunan jalan tol yang disebutnya semakin memperburuk genangan di beberapa wilayah. “Tol itu semacam tanggul, seperti mangkok. Tapi karena ada air hujan juga, airnya melimpah ke luar mangkok, ke daerah lain. Jadi yang tadinya tidak kena rob, sekarang kena,” katanya.
Ia menyebut pemerintah pernah membuat program relokasi atau Bedol Desa, tetapi belum berjalan efektif. Pemerintah memberikan 50 juta per kepala keluarga untuk pindah.
"Tapi masalahnya, masyarakat tidak semua mampu beli tanah baru. Jadi percuma juga kalau tidak bisa beli tanah," ujarnya.
Mbah Mung berharap pemerintah bisa lebih berpihak pada masyarakat kecil yang masih bertahan di Sayung dan sekitarnya. "Kalau bisa, bantu dengan perencanaan matang, jangan setengah-setengah. Karena yang kami hadapi bukan cuma air laut, tapi juga kehidupan yang makin sulit," katanya.
Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin menyatakan, penanganan banjir rob di Kabupaten Demak memerlukan sinergi dan pendekatan komprehensif.
Sejumlah upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, di antaranya penanaman pohon mangrove, normalisasi sungai, hingga revitalisasi tanggul. Pemerintah pusat juga membangun kolam retensi dan tanggul laut (dinding laut raksasa) di daerah tersebut.
"Daerah Sayung benar-benar membutuhkan atensi, bukan hanya atensi saja, tapi kerja nyata," ujar Taj Yasin dilansir laman Resmi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Dia menuturkan, usulan dari Pemkab Demak terkait peninggian jalan telah ditindaklanjuti. Usulan yang dimaksud yakni permintaan anggaran sebesar Rp1,7 triliun, akan diupayakan secara bertahap.
"Saat ini kami tengah menghitung kebutuhan dana, untuk memperbaiki infrastruktur jalan kabupaten yang terdampak, diperkirakan kasarnya ada antara Rp300 miliar hingga Rp500 miliar dari total pengajuan," ujar Gus Yasin, sapaan akrab wagub.
Dikatakan, penanganan banjir rob juga mencakup normalisasi sungai dan revitalisasi tanggul, agar aliran air dapat kembali ke laut dengan lancar.
"Kami tidak bisa hanya meninggikan jalan, tetapi sekaligus harus mengendalikan aliran udara," ungkap wagub.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua