Jakarta, NU Online
Jakarta menjadi kota yang mengalami penurunan tanah tercepat di dunia. Melansir dari Jurnal Penataan Ruang (2022) oleh Ega Varian Okta, Arief Adhika Widyatama, dan Budi Utomo tercatat penurunan permukaan tanah di pesisir Jakarta terjadi dengan rata-rata empat sentimeter per tahun.
Mengutip keterangan lain dari Jurnal Penginderaan Jauh (2012) yang disusun oleh Nanin Anggraini, Bambang Trisakti, dan Tri Edhi Budhi Soesilo menjelaskan penyebab naiknya muka air laut tersebut dapat mengancam pulau-pulau di utara dan pesisir Jakarta. Hal ini dikarenakan volume air laut yang terus naik ke permukaan.
Prediksi yang mungkin terjadi setelah dianalisis yaitu, pada 2030 penurunan permukaan tanah akan terjadi sebanyak 2,28 meter. Akibatnya, kawasan industri yang berpotensi tergenang berlokasi di kecamatan Cilincing mencapai luas 171 hektar dan di kecamatan Pademangan 152 hektar.
Sementara itu, melansir laman Pemerintah Daerah Jakarta dalam laporan nota dinas dengan nomor surat 834/KR.01.02 tanggal 29 Desember 2023, Kepala Bidang Pengendalian Rob dan Pengembangan Pesisir Pantai Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta, Ciko Tricanescoro menyebut ada penurunan permukaan tanah di sejumlah wilayah di Jakarta. Hal itu diketahui setelah dilakukan pengamatan 255 titik di Jakarta sepanjang 2023.
"Ratusan titik di Jakarta mengalami penurunan muka tanah bervariasi hingga 10 cm dengan rata-rata penurunan mencapai 3,9 cm sepanjang tahun. Laju penurunan tanah yang dilaporkan merupakan hasil pengukuran dengan metode GPS geodetisk berdasarkan perjanjian kerja sama antara Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB dengan Dinas Sumber Daya Air Pemerintah Provinsi DKI Jakarta," kata Ciko yang diakses NU Online Jakarta pada Ahad (20/10/2024).
Sedangkan menurut penelitian terbaru dari Tim Kajian Ekonomi Hijau dan Perubahan Iklim Universitas Indonesia pada Mei 2024 oleh Muhammad Nur Ghiffari dan Priskila Teresa Nandita menjelaskan penurunan tanah di Jakarta mencapai 2 - 15 cm pertahun dalam 50 tahun terakhir. Hal ini juga yang menjadikan Jakarta menjadi kota paling cepat mengalami penurunan tanah di dunia.
Melansir dari Eposdigi terdapat beberapa solusi untuk mengatasi penurunan permukaan tanah di Jakarta. Solusi tersebut antara lain:
1. Melakukan penanaman kembali daerah-daerah yang tidak terdapat tumbuhan dan pohon atau reboisasi. Kondisi tanah di wilayah yang tidak terdapat pohon tentu menjadi sangat rapuh karena tidak adanya akar-akar pohon yang memperkuat kondisi tanah. Sehingga hal ini sangat diperlukan untuk membuat akar-akar tanah dapat menjalar ke seluruh bagian dalam tanah dan mencegah terjadinya penurunan permukaan tanah.
2. Membatasi pembangunan bertingkat. Hal ini harus dilakukan pemerintah untuk mengurangi dampak dari bangunan yang terlalu padat yang sering memicu semakin intensnya penurunan permukaan tanah. Sehingga, ketika hal ini dilakukan, tentu akan menjaga kondisi tanah ke arah yang baik.
3. Pemerintah juga dapat bekerjasama dengan pihak ilmuwan. Pemerintah daerah yang berkoordinasi dengan pemerintah pusat dapat menerapkan teknologi ASR ini. Aquifer Storage and Recovery (ASR) merupakan sebuah teknologi yang dikembangkan oleh Balai Bangunan Hidraulik dan Geoteknik Keairan dan Pusat Litbang Sumber Daya Air sebagai upaya untuk penanggulangan penurunan permukaan tanah. Metode yang digunakan, yaitu dengan membuat resapan air dan kemudian menginjeksikan air tersebut ke sebuah tempat atau saluran yang telah ditentukan.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua