4 Rekomendasi Karya Sastra untuk Dinikmati di Hari Pahlawan
Jumat, 10 November 2023 | 15:30 WIB
Jakarta, NU Online
Hari Pahlawan adalah momentum penting untuk mengenang perjuangan para pahlawan yang telah berkorban demi kemerdekaan tanah air. Salah satu cara yang kreatif dan bermakna untuk merayakan hari bersejarah ini adalah melalui kegiatan membaca karya sastra yang memiliki kaitan erat dengan nilai-nilai kepahlawanan.
Membaca karya sastra yang mengangkat tema kepahlawanan tidak hanya menjadi bentuk penghormatan terhadap para pahlawan, tetapi juga sarana untuk merasakan semangat perjuangan mereka. Karya sastra seperti ini memungkinkan pembaca untuk merenungkan dan menghargai sejarah perjuangan yang telah membentuk wajah negara ini.
Baca Juga
Karya Sastra Punya Misi Edukasi Sosial
Karya sastra tentang kepahlawanan dapat mencakup berbagai genre, mulai dari puisi, cerpen, novel, hingga drama. Berikut 4 rekomendasi karya sastra untuk dinikmati di Hari Pahlawan:
1. Di Tepi Kali Bekasi (1951)
Di Tepi Kali Bekasi merupakan karya Pramoedya Ananta Toer yang ditulis pada 1947. Novel ini termasuk dalam trilogi yang mengisahkan perjuangan selama revolusi kemerdekaan 1945 di wilayah sekitar Bekasi. Oleh karena itu, novel ini keterkaitan dengan Krandji Bekasi Djatoeh yang juga diterbitkan pada 1947.
Tokoh utama dalam novel ini bernama Farid. Diceritakan, Jakarta begitu panas, pertempuran terjadi antara pejuang Republik dengan Sekutu. Karena situasi Jakarta yang tidak aman, Farid dengan dua orang sahabatnya bernama Amir dan Soerip pergi ke Cikampek dengan naik kereta guna masuk tentara. Ketiganya berpisah ditempatkan di Jawatan yang berbeda dengan pangkat yang berbeda.
Dalam novel tersebut kita akan diperlihatkan bagaimana situasi dan kengerian yang terjadi di Front Jakarta Timur antara Tentara Sekutu dengan Pejuang Republik Indonesia, di mana teman Amir bernama Farid gugur di tempat tersebut.
2. Tiga Menguak Takdir (1950)
Baca Juga
Menghayati Arti Penting Hari Pahlawan
Tiga Menguak Takdir merupakan kumpulan puisi karya 3 sastrawan angkatan 45 yaitu Chairil Anwar, Asrul Sani, dan Rivai Apin. Buku ini pertama kali terbit pada 1950 oleh Penerbit Balai Pustaka. Buku ini terdiri dari 3 bagian tak berjudul, di mana Chairil Anwar dengan 10 puisi, Asrul Sani dengan 8 puisi, Rivai Apin dengan 9 puisi.
Membaca puisi ini akan membuat kita menyelami pemikiran dan perasaan Chairil Anwar, Asrul Sani, dan Rivai Apin. Kecamuk dan kegetiran atas perang kemerdekaan, ditambah lagi dengan keadaan ekonomi saat itu tertuang dalam puisi-puisi di buku ini. Salah satu puisi dalam buku ini berjudul Karawang-Bekasi karya Chairil Anwar yang menggambarkan tentang pertempuran antara Pejuang Republik dalam mempertahankan kemerdekaan di Karawang-Bekasi.
3. Mutiara dari Nusa Laut (1943)
Mutiara dari Nusa Laut merupakan naskah drama karya Usmar Ismail yang ditulis pada 1943 ketika masa Pendudukan Jepang, saat ia masih berumur 22 tahun. Naskah drama ini berlatar di abad 19 di Kepulauan Maluku, menceritakan tentang perlawanan terhadap Penjajah Belanda. Adapun tokoh dalam naskah drama ini adalah Pahlawan Nasional Marta Cristina Tiahahu.
4. Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat (1972)
Buku ini merupakan karya dari Asrul Sani yang diterbitkan pada 1972 oleh Penerbit Pustaka Jaya. Buku ini berisi 10 kumpulan cerpen yang ditulis pada 1950 dan tesebar di berbagai media massa saat itu. Misalnya salah satu cerpen dalam buku ini yang berjudul Bola Lampu dimuat dalam majalah Gema Tanah Air milik H.B. Jassin.
Sepuluh cerpen itu adalah Bola lampu, Sahabat Saya Cordiaz, Orang Laki-Bini, Beri Aku Rumah, Perumahan bagi Fadjria Novari, Dari Suatu Masa, Dari Suatu Tempat, Oktober 1945 (dalam dua judul, yaitu Jembatan Tanah Abang dan Kereta Malam Yogya-Jakarta), Panen, dan Museum.
Hampir semua cerpen di buku ini menceritakan tentang revolusi fisik dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.