Pustaka

Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan

Sabtu, 17 Juni 2006 | 10:44 WIB

PESANTREN SEBAGAI TIPOLOGI PENDIDIKAN IDEAL

Cetakan    : 1, April 2005  
Tebal        : xix + 380 halaman
Peresensi : Muhammadun AS*

Ditengah kompetisi kehidupan yang multikompl<>eks sekarang ini, mendambakan pendidikan ideal adalah keniscayaan. Tanpa pengetahuan yang memadai, kita akan terpinggirkan bahkan termarginalkan secara tragis ditengah kemelut krisis globalisme. Globalisasi, modernisasi, dan istilah kontemporer lainnya yang dibanggakan manusia sekarang ini bukannya tanpa menimbulkan problem yang serius. Manusia di Barat, misalnya, banyak yang terjebak dalam krisis eksistensial, teralienasi dari dirinya sendiri, bahkan sampai memutuskan ‘gantung diri’ ditengah kekayaan yang melimpah. Inilah ironi jaman modern.

Demikian juga pada bangsa kita yang tercinta ini. Globalisasi telah menjadikan bangsa ini tercabik-cabik, baik infrastruktur dan suprastrukturnya, sehingga ditengah krisis ini, bangsa ini diklaim tidak siap menghadapi globalisasi. Padahal, bila kita cermati secara mendalam, klaim-klaim yang menyudutkan bangsa tercinta ini hanyalah untuk mengendora mental perjuangan kita.


Dari sekian problem tersebut, pendidikan berperan penting dalam mengentaskan kemelut bangsa tercinta ini. Namun, yang terjadi tidaklah sebagaimana yang kita harapkan. Pendidikan yang terbangun selama ini lebih menitikberatkan pada mentalitas materialistis, hedonis, dan kapitalis. Sebagai contoh, masuk perguruan tinggi sudah diiklankan begitu rupa, baik dimedia cetak maupun elektronik. Dalam iklan-iklan itu, orang akan menjadi orang besar dengan berbagai titel yang beragam. Tidak ada mentalitas yang terbangun bahwa dalam perguruan tinggi akan membangun mentalitas manusia yang mandiri dan independen yang tidak tergantung dengan negara.

Prof. Ridlwan Nashir, penulis buku ini, menggugat mainstream pemikiran pendidikan yang berkembang sekarang ini. Penulis yang merupakan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya ini memberikan gambaran secara komprehensif tentang format pendidikan yang terbangun dalam dunia pesantren. Bagi dia, pendidikan pesantren merupakan tipologi pendidikan ideal, yang tidak hanya membangun jiwa-jiwa kemandirian, namun dalam belajar juga dilandasi ikhlas limardhotillah. 


Buku yang berjudul “Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan” pada awalnya adalah disertasi penulis dalam meraih doktoralnya di IAIN [sekarang UIN] Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam pengamatannya, Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya ini menelaah empat pondok besar yang ada dikota santri, Jombang, yakni Tebu Ireng, Denanyar, Tambak Beras, dan Darul Ulum Rejoso. Keempat pondok yang dijadikan sampel ini menggambarkan bahwa pergeseran dunia modern yang telah menggeser orientasi dunia pendidikan tidaklah mempengaruhi terhadap orientasi pendidikan dalam pesantren. Walaupun di pesantren juga mengembangkan model pendidikan umum, namun pesantren tetap menanamkan karakter agamisnya dengan tetap mempertahan pendidikan agama dalam pendidikan umum. Pendidikan agama akan tetap menjadi prioritas utama membentuk karakter santri, sementara pendidikan umum hanya bekal santri ditengah arus modernisasi dewasa ini.

Di Tebu Ireng, misalnya, SMA Wahid Hasyim tetap memberikan materi pendidikan agama sebesar 30 persen. Demikian juga dengan SMA-SMA yang dikembangkan di Tambak Beras, Denanyar, dan Rejoso. Tidak hanya itu, keempat pondok besar ini juga mengembangkan pendidikan ala pesantren, seperti MMA di Tambak Beras, Madrasah Keagamaan di Tebu Ireng, MAK Denanyar, dan Madrasah Keagamaan di Rejoso. Dalam arti, pesantren tetap memberikan materi agama sebesar 70 persen, dan umumnya hanya 30 persen. Sehingga, walaupun intensitas belajar santri adalah kitab kuning, namun tetap mendapatkan ijazah negeri untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi. Dalam program keagamaan ini, para santri memang dicetak agar mampu memahami pelajaran agama secara komprehensif. Karena akhir-akhir ini, materi pelajaran agama semakin ditnggalkan masyarakat modern, padahal pelajaran agama inilah yang akan menjadi pondasi dan temeng paling kuat dalam menghadang penetrasi modernisasi yang begitu kencang dan massif.


Berbagai tipologi yang


Terkait