Menengok Isi Kitab ‘Asasul Muttaqin’ Karya Kiai Syamsul Arifin
Ahad, 29 Desember 2019 | 08:00 WIB
Ditulis dengan aksara pegon dan berbahasa Madura, kitab ini cukup memudahkan untuk masyarakat lokal kala itu.
KH Syamsul Arifin dari Sukorejo, Situbondo, merupakan kiai pengasuh salah satu pesantren besar di wilayah timur Jawa Timur, tepatnya di Situbondo. Pesantren ini juga menorehkan penanda sejarah bagi Nahdlatul Ulama. Yakni ketika keputusan kembali ke Khittah NU 1926 diputuskan di pesantren ini melalui forum Muktamar ke 27 tahun 1984.
Kiai Syamsul Arifin selayaknya ulama merupakan pembimbing bagi masyarakat. Selain pengajian-pengajian intensif di pesantren, Kiai Syamsul Arifin membimbing masyarakat sekitar dengan melaksanakan pengajian umum bagi mereka. Selain itu juga ia merupajan penulis produktif yang menulis kitab dalam berbagai pembahasan sesuai yang dibutuhkan masyarakat. Rata-rata kitab Kiai Syamsul Arifin adalah bimbingan fiqih dan ibadah praktis serta doa-doa. Bisa dikatakan bahwa semua kitab Kiai Syamsul Arifin yang beredar sekarang ditulis dalam bahasa Madura dengan sistem tulisan pegon.
Salah satu karyanya adalah kitab Asâsul Muttaqîn. Secara bahasa, nama kitab ini bermakna fondasi orang bertakwa. Kitab setebal 37 halaman ini dicetak pertama kalinya pada tahun 1400 H atau bertepatan dengan 1980 M. Penerbitnya adalah Al-Itsbatiyah Ponpes Banyuanyar Pamekasan. Di sampul kitab tertulis judul lengkap "Asâsul Muttaqîn al-Musammâ bi Kifayatil Mubtadiin" (kitab fondasi orang bertakwa bernama Kifâyatul Mubtadiîn. Artinya, nama kitab yang dikehendaki sebenarnya adalah Kifâyatul Mubtadiîn. Secara bahasa, Kifâyatul Mubtadiîn berarti yang dibutuhkan para pemula. Materi dalam kitab ini memang bisa menjadi pedoman dasar bagi mereka baru belajar agama.
Pembahasan dalam kitab ini dapat diklasifikasikan menjadi 4 bagian. Bagian pertama kitab ini membahas tentang fiqih (15 pasal). Bagian kedua kitab ini membahas tentang aqidah Ahlussunnah wal Jamaah (8 pasal). Bagian ketiga kitab ini membahas tentang haid dan nifas (2 pasal). Bagian keempat kitab ini membahas tentang fiqih munakahat (7 bab). Bagian kelima kitab ini adalah bagian terakhir, berisikan lampiran (suplemen) yaitu Ratib Haddad. Permasalahan haid dan nifas dipisahkan pembahasannya dari masalah thaharah dan digabungkan dengan masalah munakahat mengingat kedua masalah itu (haid dan nifas) spesifik berkenaan dengan perempuan.
Secara lebih terperinci pembahasan kotab ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Bagian pertama terdiri dari lima belas pasal yaitu: (1) niat raf'il hadats; (2) niat shalat maktubah; (3) Macam-macam najis; (4) Fardhu-fardhu wudlu'; (5) Syarat-syarat wudlu; (6) pasal yang membatalkan wudlu; (7) rukun-rukun shalat; (8) syarat-syarat shalat; (9) pasal tentang perkara yang membatalkan shalat; (10) fardhu tayammum; (11) pasal yang membatalkan tayammum; (12) syarat-syarat tayammum; (13) shalat janazah; (14) 4 hal yang wajib bagi mayit; (15) rukun shalat janazah.
Bagian kedua membahas tentang: (1) Aqidah 50; (2) masalah sifat nafsiyyah, salbiyyah dan ma'ani; (3) Fasl fi sifaat al-istighna' wal iftiqar; (4) Sifat-sifat jaiz bagi Allah; (5) Sifat-sifat wajib bagi para rasul; (6) Sifat jaiz bagi rasul; (7) Jumlah para nabi dan utusan; (8) Jumlah malaikat yang wajib diketahui.
Bagian ketiga terdiri dari 2 (dua) pasal yaitu: (1) masalah Haid; (2) Pendapat-pendapat ulama mengenai haidh dan nifas.
Bagian keempat terdiri dari pembahasan: (1) macam-macam iddah; (2) Pembahasan tentang nikah; (3) syarat sah nikah; (4) syarat wali nikah; (5) Syarat pengantin laki-laki; (6) Syarat dua saksi; (7) masalah mahram yang tidak boleh nikahi; (8) permasalahan yang banyak diabaikan dalam pernikahan.
Bagian kelima merupakan lampiran, terdiri dari: (1) Ratib Haddad; dan (2) Khatimah.
Peresensi adalah R. Ahmad Nur Kholis, kader NU kelahiran Pamekasan Madura.
Identitas Kitab
Judul kitab: Asâsul Muttaqîn al-Musammâ bi Kifâyatil Mubtadiîn
Penulis: KH Syamsul Arifin
Tebal: 37 halaman
Penerbit: Al-Itsbatiyah Ponpes Banyuanyar Pamekasan
Tahun Terbit pertama (dalam cetakan): 1400 H/1980 M