Risalah Redaksi

Beban Sebuah Harapan

Sabtu, 13 September 2003 | 09:20 WIB

Jakarta, NU Online
Selama masa reformasi NU telah berhasil memerankan diri sebagai penengah antara kelompok nasionalis sekular dengan kelompok Islamis, aspirasi politiknya berseberangan dan selalu mengalami ketegangan. Sebagai komunitas Islam, NU bisa berbicara dengan kelompok Islam, sementara sebagai Islam yang berorientasi kebangsan yang pluralis, bisa bekerjasama dengan kelompok nasionalis, sebab antara keduanya ketemu pada prinsip kebangsaannya. Karena itu NU berhasil  meredam ketegangan tersebut, tanpa diminta, karena memang posisi sosial dan politiknya sejak dulu memang telah berada di sana.

Melihat kenyataan itu maka tidak mengherankan ketika terjadi isu terorisme internasional, di mana Islam garis keras dianggap sebagai pelakunya, maka tiba-tiba NU diharapkan menjadi peredam munculnya gerakan kekerasan tersebut, tidak oleh bangsa atau pemerintah negeri ini, tetapi oleh dunia internasional. Harapan masyarakat internasional, terutama Dunia Barat terhadap NU memang sangat besar, terbukti dengan intensifnya mereka mengontak organisasi islam tradisional ini untuk melakukan berbagai program kerjasama, mengatasi gerakan Islam radikal yang sedang melanda dunia saat ini beserta efek negatif yang menyertainya, dalam bentuk munculnya ketegangan bahkan kekerasan antar kelompok.

<>

Harapan-harapan terhadap NU memang sangat besar, ini merupakan peluang, kepercayaan dan penghargaan besar pada NU, tetapi sekaligus juga sebagai beban, sebab  kapasitas NU dalam memenuhi harapan tersebut masih sangat terbatas. Dalam tubuh NU sendiri masih dalam proses konsolidasi organisasi, masih berkutat antara kultur jamaah dan disiplin jamiyah. Proses penjamiayah ini sangat penting artinya bagi konsolidasi organisasi ini, sementara hanya dengan adanya konsolidasi organisasi berbagai program kerja bisa dijalankan, termasuk bagaimana memenuhi harapan warga NU sendiri, harapan bangsa Indonesia dan harapan masyarakat dunia yang menghendaki hidup dalam kedamaian.

NU memang memiliki sikap kebangsaan dan pluralisme, serta toleransi yang tinggi, tetapi semuanya itu masih bersifat pasif, belum dijadikan gerakan yang sistematis, sehingga benar-benar bisa mmenghadang laju gerakan Islam ekstrem yang merusak citra Islam. Selama ini gerakan NU masih bersifat ke dalam berupa training dan lokakarya tentang penegasan sikap pluralis dan menghargaan tentang hak asasi manusia. Tetapi belum cukup luas mengembangkannya keluar, masih tergantung pada publikasi media yang ada, sehingga peran-peran dalam menegakkan sikap kebangsaan dan menjaga pluralisme masih bersifat ad hoc dan temporal, ketika terjadi kerusuhan dan sebagainya, belum menjadi agenda sistematis yang dikembangkan setiap saat yang integral dengan program kerja NU secara keseluruhan.

Di tengah besarnya harapan yang ditumpukan pada NU seperti sekarang ini, maka mau tidak mau NU harus bersikap lebih progresif dalam mengembangkan gagasan puralisme dan menegakkan sikap toleran dalam kehidupan, melindungi kaum tertindas, baik mayoritas apalagi minoritas. Dengan cara itu kehadiran NU akan dirasakan manfaatnya bagi seluruh bangsa, tidak perduli ras, etnis agama maupun ideologinya, semuanya masuk dalam kategori basyar manusia, yang terhadapnya perlu dibangun ukhuwah (solidaritas) yang tinggi disertai komitmen yang mendalam.

Selain membenahi kelembagaan, satu hal lagi perlu dikerjakan oleh NU saat ini berkaitan dengan besarnya harapan tersebut adalah, kemampuan untuk mengelaborasi tema-tema pemikiran dan ide-ide penting yang hendak diwacanakan ke tengah masyarakat, baik berupa pembentukan opini maupun penciptaan program. Ide-ide atau tema-tema pemikiran  baru mesti digarap, ini penting tidak hanya untuk mengembangkan tradisi akademik dalam NU, serta mengekplorasi berbagai pemikiran yang layak dikembangkan. Tetapi gerakan itu juga bisa menjadi penuntun bagi para aktivis dan pekerja lapangan, sehingga terjadi konvergensi antara aktivis NU yang berada di ormas, di lembaga politik, di dunia akademik dan digerakan sosial dan kebudayaan, sehingga apa yang disebut kultur atau tradisi NU yang diminati dan diharapkan banyak orang itu benar-benar hidup, berkembang dan dirasakan manfaatnya oleh umat manusia semuanya.

Dengan demikian harapan besar tidak akan melahirkan kekecewaan, besar, tetapi benar-benar bisa memberikan pelayanan kepada siapa saja. Hasilnya tentu saja belum akan maksimal, sebab semuanya terus berproses, sebab situasi yang dihadapi NU s erba baru, dan setiap persoalan baru membutuhkan langkah baru, dan ini tentu butuh penyesuaian dan pengalaman. Tetapi yang jelas NU juga punya kehendak kuat untuk memperbaiki nasib warganya, memenuhi harapan bangsa ini dan masyarakat dunia pada umumnya. Betapapun NU berusaha memenuhi harapan banyak kalangan, tetapi concern pada warga sendiri tetap diutamakan, sebab apa yang dibutuhkan kelompok lain itu walaupun mendesak, tetapi banyak tuntutan warga yang lebih mendesak seperti persoalan kemiskinan keterbelakangan dan sebagainya, yang ini memburtuhkan perhatian penuh d an keseriusan penanganan, itulah harapan warga Nahdliyin terhadap lembaga yang diikutinya. (a. mun’im dz)

***



Terkait