Belakangan ini muncul berbagai gerakan moral yang merupakan kelanjutan gerakan moral sejak zaman awal reformasi, yang selalu mentah dan mengahadapi jalan buntu atau kehilangan relevansi sehingga sepi pendukung. Tetapi berbarengan dengan akan diselenggarakan Pemilu yang akan memilih pimpinan nasional, gerakan moral semacam itu memperoleh momentum kembali, sehingga muncul gerakan anti politisi busuk, gerakan anti korupsi, gerakan jalan lurus dan sebagainya.
Sebagaimana gerakan moral sebelumnya gerakan ini juga sudah mulai diserimpung dari dalam, ketika banyak koruptor, penjahat politik yang dikategorikan busuk ambil bagian dalam gerakan itu. Menumpang lalu menunggangi lalu mendominasi, namun para penggeraknya belum terlalu menyadari hal itu, padahal cara semacam itu bisa mengalami jalan buntu bahkan dipastikan gerakan tersebut akan mengalami aborsi, karena kehilangan legitimasi di mata rakyat.
<>Berbagai ide dideklarasikan, berbagai kampanye digelar, namun belum menghapus keraguan beberapa kalangan rakyat, sebab rakyat tahu track racord (integritas moral) dari para penggeraknya dan orang yang menungganginya, yang sebenarnya mereka setengah hati, sebab pembongkaran kasus akan membongkar dirinya sendiri. Sehingga yang terjadi akan cenderung maling teriak maling, sikap itu yang menyulitkan gerakan moral tersebut, yang selanjutnya akan mengalami delegitimasi, baik secara moral maupun sosial.
Untuk mengatasi problem masyarakat dan bangsa ini dalam mengelola negara dan bangsa pertama-tama memang harus ditanamkan kejujuran, jujur sejak dari pikiran, jujur dalam ucapan dan konsisten dalam tindakan. Kedua jujur ini dilakukan pada diri sendiri dan pada orang lain. Kejujuran dalam berpikir, merupakan akar kejujuran dalam omongan dan tindakan. Bila berpikir jujur saja sulit maka bisa dipastikan tidak bisa berbicara dan bertindak secara jujur. Sering orang susah berlaku jujur pada diri sendiri, apalagi jujur pada orang lain akan lebih susah.
Dengan kenyataan semacam itu maka kejujuran dalam ruang publik menjadi sangat sulit. Apalagi selama ini politik terlanjur diartikan sebagai seni berbohong, seni menipu dan seni menilep, maka ranah politik menjadi ranah yang licin, sangar dan keras. Bukan lagi sebagai seni mengatur konflik, sarana penyalur aspirasi dan sebagainya. Ini tidak kain karena politik tidak lagi menjadi sarana memperjuangkan idealisme untuk kepentingan bersama, baik negara maupun bangsa, tetapi sebuah medan perjuangan untuk kepentingan diri sendiri, seraya mengambil kepentingan yang lain baik pribadi maupun publik.
Kalau politik etis untuk memperjuangkan idealisme, maka politik pragmatis hanya untuk mencari materi. Sikap materislistik itulah yang menjadi akar segala kejahatan dan ini mudah berkembang karena sejalan dengan naluri manusia. Bagi negara yang belum mempunyai peradaban dan undang-undang yang memadai seperti Indonesia ini sikap materialistic itu berkembang menjadi kerakusan yang menjarah seluruh kekayaan rakyat dan asset negara.
Materialisme ini semakin merajalela bersamaan dengan perkembangan industrialisasi. Sebenarnya kebutuhan manusia itu terbatas, tetapi karena kapitalis perlu menjual dagangannya, maka diciptakan berbagai fasilitas yang merangsang keinginan untuk memiliki. Orang membeli barang bukan lagi karena kebutuhan, namun sekadar memenuhi keinginan, sementara keinginan tidak ada batasnya. Akibatnya bisa kita lihat orang dengan rakusnya mengeruk kekayaan negara, alam lingkungan dan apa saja untuk memenuhi keinginan nafsunya, untuk membeayai life style (gaya hidup) yang mahal.
Bila korupsi dan ketidakm jujuran sebagian besar diakibatkan cara hidup yang konsumtif, materialistic, maka semestinya gerakan anti korupsi anti politisi busuk menetapkan kejujuran dan kesederhanaan sebagai pola hidup yang mesti dijalankan para penggeraknya. Tetapi hal itu belum dilakukan, siapa yang berani ke kantor dan belanja naik sepeda, naik angkot atau bus umum. Siapa yang berani bepergian menggunakan sandal jepit, pakai kaos oblong, dan makan di warung kaki lima atau warteg. Tanpa adanya prinsip asketik semacam itu gerakan tersebut akan mengalami kebuntuan. (MDZ)