Warta

Ajaran Terorisme dari Luar Pesantren

Jumat, 21 Oktober 2005 | 08:22 WIB

Jakarta, NU Online
Ajaran terorisme bukan berasal dari pesantren, tetapi dari pengaruh di luar pesantren, kata Direktur Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren (Pekapontren) Depag Amin Haedari.

"Saya melihat seorang bisa menjadi teroris bukan karena hasil didikan pesantren, tetapi karena individunya sendiri yang mendapat pengaruh atau ajaran yang berasal dari luar pesantren," kata Amin di Jakarta, Jumat (21/10).

<>

Menurut Amin, pesantren pada dasarnya tidak memeberikan ajaran yang menyimpang dan mengarah pada terorisme, dan jika ada lulusannya yang menjadi teroris itu kebetulan saja dia pernah belajar di pesantren tersebut.

"Kalau ditanya, ternyata dia juga pernah belajar di tempat lain misalnya di Malaysia, dari buku-buku, atau berguru dengan seseorang di luar pesantren," katanya.

Ia juga memberi contoh, lulusan Pesantren Gontor bisa menjadi tokoh NU, bisa menjadi tokoh Muhammadiyah bahkan bisa juga meluluskan Abu Bakar Ba’asyir, pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia (MMI).

Namun ia mengakui, hubungan Depag dengan 14.361 pesantren di Indonesia bukanlah hubungan atasan dan bawahan yang bersifat mengawasi, karena hubungannya hanya bersifat kerjasama, koordinasi dan pembinaan.

Depag juga tidak membuat kurikulum untuk pesantren, karena kurikulum pesantren hanya berdasarkan apa yang diajarkan kiainya masing-masing, misalnya soal fikih, tafsir, hadist, salaf, tasawuf atau penghafalan Al-Quran.

Amin mengatakan, seharusnya pemerintah banyak berterimakasih kepada pesantren karena telah membantu pemerintah mencerdaskan bangsa hingga ke pelosok tanah air.v"Pesantren ada sejak sebelum zaman penjajahan, bahkan pesantrenlah yang pada masa kemerdekaan sangat gigih berjuang melawan penjajah," katanya.

Namun bantuan pemerintah sendiri diakuinya sangat kecil, dari APBN untuk pesantren hanya sekitar Rp82 miliar, dan tidak semua daerah memiliki alokasi APBD untuk pesantren.

Ia juga membantah pemerintah AS pernah mengucurkan ribuan dolar untuk pesantren di Indonesia, meski bantuan tersebut pernah diberitakan secara besar-besaran di media massa.

Data Depag dari 14.361 pesantren di Indonesia, sebagian besar ada di pulau Jawa yakni 11.664 buah, 1.381 ada di Sumatera, 661 di Sulawesi, 336 di Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan 294 dan di Papua 25 buah.

Sebanyak 11.056 berada di desa, di kota 1.566 dan di perbatasan 1.445 buah, sedangkan pesantren yang digolongkan pesantren modern 878 buah, 8.905 dalam kategori tradisional dan 4.284 terpadu. (atr/cih)


Terkait