Warta

Global Peace Leadership Conference akan Dibuka Wapres

Jumat, 15 Oktober 2010 | 04:17 WIB

Jakarta, NU Online
Salah satu rangkaian dari pelaksanaan Global Peace Festival adalah Global Peace Leadership Conference yang merupakan konferensi internasional yang akan melibatkan para pakar internasional dan para pemuda.

Pembukaan yang akan dilaksanakan pada Sabtu, pukul 09.00 WIB akan dibuka oleh Wakil Presiden RI Boediono bertempat di Hotel Grand Melia Jakarta. Konfensi akan dilaksanakan pada 15-18 Oktober.<>

Tema besar yang diusung dalam konferensi ini adalah One Family Under God: New Interfaith Paradigm for the 21 Century. Terdapat tujuh sub topic yang akan dibahas dalam sesi-sesi selanjutnya.

Subtema pertama yang dibahas adalah Universal Principles as The Basis of National Cohesion. Dua studi kasus yang akan diperbincangkan adalah Amerika Serikat dengan fokus ‘self evicent truths’ dan mottonya ‘e pluribus unum’ (out of many, one) dan Indonesia yang memiliki motto Bhinneka Tunggal Ika dengan dasar negara Pancasila.

Subtema kedua adalah Addressing The Roots of Identity-Based Conflict, yang membahas kecenderungan alamiah bagi manusia untuk mencari identitas bersama seperti kebangsaa, etis, kesukuan, agama dll, yang dalam banyak kasus bisa menjadi sumber konflik.

Subtema ketiga adalah Building Lasting Interfaith Partnerships: Issues of Faith and Action. Dialog antar agama merupakan upaya esensial untuk tindakan bersama dari budaya yang berbeda, tetapi disisi lain, ini bisa dilihar sebagai ancaman dari posisi dan peran unik atas kepercayaan dan agama tertentu. Sebagian juga khawatir interfaith dialog dan kerjasama akan menganggap semua agama menjadi sama.

Subtema keempat adalah The Family as Universal Institution: Family Values as The Common Ground for Interfaith Partnership and Action. Masyarakat adalah unit paling fundamental dari seluruh masyarakt, dan ‘sekolah’ untuk transisi pandangan dan nilai yang dibutuhkan sebagai warga negara yang baik. Sesi ini berusaha merumuskan bagaiman memperkuat dan melindungai nilai keluarga tradisional, khususnya ketika berhadapan dengan nilai-nilai sekuler.

Subtema kelima Adalah The Call to Service: Faith Leadership and Creating a Culture of Service. Memberi pelayanan kepada yang lain merupakan potensi untuk belajar bagi perkembangan pribadi, baik bagi yang dilayani maupun yang melayani. Pemimpin agama memiliki peran signifikan untuk mendorong dan memberi bimbingan sikap hidup melayani dan membantu orang lain.

Subtema keenam adalah Reaching Beyond our Differences: Enganging Youth in Interfaith Action. Masa depan desa dunia akan cerah jika para pemudanya memiliki ikatan persahatan yang kuat, melintasi batasan agama, etnis dan status sosial.

Subtema ketujuh Adalah Interfaith Collaboration toward Solving Problems. Sesi ini akan menguji praktek-praktek terbaik dari berbagai studi kasus dalam inisiatif antaragama, termasuk yang dilakukan di Mindonao, Kenya, Indonesia dan lainnya. (mkf)


Terkait