Nasional

Gus Baha Jelaskan Alasan Mirajnya Seorang Mukmin Melalui Shalat

Senin, 27 Januari 2025 | 06:00 WIB

Gus Baha Jelaskan Alasan Mirajnya Seorang Mukmin Melalui Shalat

Rais Syuriyah PBNU, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha). (Foto: dok. NU Online)

Jakarta, NU Online

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menjelaskan bahwa setiap mukmin juga bisa Miraj kepada Allah SWT, yaitu lewat shalat. Sesuai dengan hadits Nabi Muhammad, ash-shalatu mi'rajul mukminin.


Karena shalat merupakan peristiwa istimewa dalam proses Isra Miraj. Nabi Muhammad menemui Allah secara langsung untuk menerima perintah shalat. 


Ketika Nabi sampai siddrotul muntaha, ada nur yang cahayanya tidak terhingga. Jibril berhenti di sana. Tidak bisa masuk. Masuk satu langkah, maka langsung mengecil dan hampir terbakar. Jibril terbakar, karena Jibril tidak diundang. Sedangkan nabi memiliki undangan sehingga tidak mengecil dan terbakar. 


"Shalat itu adalah miraj mukminin, cara kita bertemu Allah SWT," jelas Gus Baha dikutip dari Youtube Salafiyah Media Kota Pasuruan, Senin (27/1/2025).


Shalat bisa disebut Miraj karena di dalamnya ada kandungan percakapan antara Allah dan Nabi Muhammmad saat peristiwa Isra Miraj yang terabadikan pada bacaan tasyahud. Bacaan ini jadi rukun shalat, yang jika tidak dikerjakan maka shalatnya dianggap tidak sah.


Ketika seseorang tasyahud, seakan-akan orang tersebut sedang dialog kepada Allah dan nabi. Lafadz tersebut yaitu attahiyyatul mubarokatush sholawaatuth thoyyibaatu lillah (salam sejahtera yang penuh barakah dan salam sejahtera yang amat baik adalah milik Allah Ta'ala). 


Lalu Allah menjawab, assalamu 'alaika ayyuhannabiyyu wa rahmatullahi wa barokatuh (salam sejahtera, barokah dan rahmat Allah dilimpahkan kepadamu wahai Nabi Muhammad SAW).


Kemudian nabi menambahkan, assalaamu'alainaa wa'alaa 'ibaadillaahish shaalihiin (salam keselamatan semoga tetap untuk kami seluruh hamba yang saleh-saleh). 


"Kalimat tahiyat, itu yang dibaca orang shalat, seakan mewakili doanya nabi dan jawaban Allah. Nabi tidak egois, dapat salam dari Allah, lalu nabi ingat orang lain, umatnya yang saleh juga dapat salam Allah. Semua dapat, nabi tidak egois," kata Gus Baha. 


Gus Baha menambahkan, dalam tasyahud ada bacaan yang memiliki ganjaran cukup besar. Hal ini menandakan bahwa posisi shalat sangat penting dalam Islam, yaitu sebagai tiang agama. 


"Ketika seseorang melafadzkan ayyuhannabi itu seperti, semakna, setingkat, sekualitas langsung sowan nabi Muhammad SAw. Ketika membaca assalamualaina wa ala ibadillah, itu sama dengan ziarah wali seluruh dunia," imbuhnya. 


Pahala Shalat Bisa Setara Haji dan Umrah

Bahkan, kata Gus Baha, bagi seorang Muslim yang melakukan shalat hanya karena Allah, ia pahalanya dihitung setara dengan orang haji dan umrah.


Keterangan ini, kata Gus Baha, bisa ditemukan di dalam kitab Kunuzus Sa'adah. Sebuah kitab yang berisi kumpulan kata-kata mutiara dari Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi. Kitab ini ditulis oleh Habib Muhsin bin Abdullah Assegaf.


"Siapapun yang sering shalat, shalat saja, di mana pun, di Pasuruan atau daerah lainnya. Ketika seorang niat membaca attahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatu lillaah pahalanya sama dengan haji dan umrah," tegasnya. 


Gus Baha menegaskan, daripada seseorang menyibukkan dirinya untuk melakukan haji yang harus menunggu antrian cukup lama atau ikut umrah dengan biaya mahal. Alangkah lebih baiknya, untuk memperbaiki shalat terlebih dahulu. 


"Daripada haji dan umroh, belum tentu berangkat haji karena antri, umrah juga bayar mahal dan kadang jadi korban penipuan. Lebih baik fokus di shalat," tandasnya.