Pesantren Garda Terdepan Lawan Perundungan, Butuh Modul Khusus dan Pendampingan Psikolog
Senin, 27 Januari 2025 | 12:00 WIB
Kendal, NU Online
Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah menggelar acara Naharul Ijtima di Pondok Pesantren Darul Amanah, Ngadiwarno, Sukorejo, Kendal, Sabtu (25/1/2025). Acara ini menjadi ajang diskusi dan konsolidasi bagi pengurus pesantren se-Jawa Tengah, dengan menghadirkan tokoh-tokoh NU sebagai narasumber.
Salah satu agenda utama adalah Halaqoh Pengurus Pesantren, menghadirkan Mustasyar PWNU Jateng, KH Sholahuddin Humaidullah, dan A’wan Syuriyah PBNU, KH Taj Yasin Maimoen.
Dalam pemaparannya, KH Sholahuddin Humaidullah, yang akrab disapa Gus Sholah, menekankan pentingnya peran wali santri dalam memahami kultur pesantren.
“Wali santri harus memahami kebiasaan di pesantren dan mengetahui tujuan memondokkan anaknya. Peran mereka sangat penting dalam mendukung proses pendidikan anak di pesantren,” ujar Gus Sholah, pengasuh Pesantren APIK Kaliwungu.
Ia juga menjelaskan bahwa sistem pengelolaan pesantren, termasuk penunjukan lurah pondok, merupakan wujud delegasi tugas dari kiai.
“Lurah pondok memiliki otoritas karena dipasrahi oleh kiai. Proses belajar di pesantren itu bertahap. Sedikit demi sedikit, ilmu akan bertambah melalui interaksi di lingkungan pesantren,” tegasnya.
Sementara itu, Awan PBNU, KH Taj Yasin Maimoen, atau Gus Yasin, menyoroti sistem pendidikan di pesantren yang terus bereksperimen demi menciptakan formula terbaik.
“Di pesantren, kami mencoba berbagai pendekatan, mulai dari penggabungan Al-Qur'an, kitab, hingga pendidikan umum. Namun, hasilnya tidak selalu sesuai ekspektasi,” ungkapnya.
Gus Yasin juga menegaskan pentingnya membangun manajemen yang kuat di pesantren modern dan memastikan adanya pengasuh yang mampu memberikan teladan.
“Pesantren yang baru sering kali mengalami degradasi. Untuk itu, dibutuhkan pengasuh yang bisa menjadi contoh dan sistem yang mendukung pembentukan karakter santri,” tambahnya.
Salah satu isu utama yang dibahas adalah upaya melawan bullying, yang di pesantren sering disebut sebagai gojlokkan.
“Pesantren harus menjadi garda terdepan dalam melawan bullying. Kami berharap setiap pesantren memiliki modul khusus untuk menangani permasalahan ini, termasuk pendampingan dari psikolog dan ahli lainnya,” ujar Gus Yasin.
Ia berkomitmen untuk menciptakan modul manajemen anti-bullying yang akan diterapkan di pesantren-pesantren guna menciptakan lingkungan yang ramah dan kondusif bagi santri.
Acara ini dihadiri sejumlah tokoh penting, seperti Rais Syuriyah PWNU Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh, Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng KH Abdul Ghaffar Rozin, Wakil Ketua PWNU Jateng KH Nur Machin Chudlori, dan pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah KH Mas'ud Abdul Qadir.
Kegiatan ini melibatkan para pengurus RMI NU se-Jawa Tengah, perwakilan Kementerian Agama, pemerintah Provinsi Jawa Tengah, serta pemerintah daerah Kabupaten Kendal.
Acara Naharul Ijtima ini menjadi momentum penting untuk memperkuat manajemen pesantren, membangun sistem pendidikan yang lebih baik, dan menciptakan lingkungan pesantren yang ramah serta mendukung pembentukan karakter santri.
Terpopuler
1
Ini Doa Malam Isra Miraj 27 Rajab: Bisa Kabulkan Hajat, Permudah Urusan, hingga Jernihkan Hati
2
Gus Baha Jelaskan Alasan Mirajnya Seorang Mukmin Melalui Shalat
3
Sejumlah Profesi Keagamaan yang Bakal Disertifikasi Kemenag
4
KH Musta'in Syafi'i Ungkap Makna Sidratul Muntaha: Ajaran Tuhan agar Manusia Pelihara Ekosistem Alam
5
Pesantren Lirboyo, Satu Abad Gunakan Sistem Kelas
6
MTQ Internasional di Jakarta Usung Tema Lingkungan dan Kemanusiaan dan Diikuti 38 Negara
Terkini
Lihat Semua