Jakarta, NU Online
Konflik tak berujung di tubuh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) benar-benar telah membuat gerah sejumlah kiai Nahdlatul Ulama (NU). Tak tahan menyaksikan pertikaian itu, KH. A. Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus terpaksa angkat bicara. Padahal selama ini, soal PKB, ia lebih memilih diam. Lalu, apa saran kiai yang gemar puisi itu?
Pada prinsipnya, Gus Mus menilai, konflik di tubuh partai berlambang bola dunia itu tidak akan selesai kalau kedua pihak tidak bertemu. Pertemuan itu harus didasari inisiatif kedua pihak yang terlibat konflik. Bukan kemauan pihak lain di luar PKB Abdurrahman Wahid-Muhaimin Iskandar dan PKB Abdurrahman Chudlori-Choirul Anam.
<>Lebih lanjut, budayawan NU ini menyatakan, selama masih ada intervensi pihak luar, masalah dualisme PKB tidak akan pernah selesai. “Mbok (biarpun) sampai kiamat kurang dua hari, ya tidak selesai,” tutur Gus Mus, Jum’at (15/9) kemarin.
Selain itu, kata Gus Mus, sejak awal dirinya menyarankan agar mereka yang bertikai tidak minta tolong kepada orang luar untuk menyelesaikan kasus PKB. Orang luar yang dimaksud adalah pemerintah. Kekhawatiran Gus Mus terbukti. Meski sudah melalui berbagai proses hukum, konflik PKB justru makin runyam. “Kalau penyelesaian PKB diserahkan ke orang luar, kepentingannya lain,” tandas Gus Mus.
Bagi Gus Mus, tidak ada alasan untuk tidak bertemu. “Ketemu dululah. Podho sedulure (sesama saudara). Bicara bagaimana baiknya. Kalau tidak semua tokohnya, minimal Gus Dur, kiai-kiai, (Choirul) Anam, Muhaimin (Iskandar), dan Saiful (Yusuf),” ujar pimpinan Pondok Pesantren Raudhatul Thalibien, Rembang, Jawa Tengah itu.
Gus Mus yakin, kalau kedua pihak bertemu, kasusnya akan selesai meski pertemuan berjalan sangat panas. “Mau perang seperti apa, yang penting marem (nyaman). Kalau sudah ketemu, semuanya akan jelas,” katanya.
Diakuinya, selama ini pertemuan sering terjadi, tetapi masih di kelompok masing-masing. Pertemuan yang melibatkan semua pihak yang berkonflik belum pernah terjadi. “Kalau mereka memikirkan kepentingan partai, pasti berinisiatif bertemu,” ujar Gus Mus.
Sementara Gus Mus sendiri menolak mempertemukan kedua kubu. Sebab, dia tidak merasa sebagai orang yang berada di pusaran konflik PKB. “Ya, yang punya partai yang harus menyelesaikan. Saya ini kan orang luar,” tegas Gus Mus.
Pendapat yang sama juga dilontarkan keponakan Gus Mus yang juga mantan juru bicara Gus Dur, Yahya C Staquf, menyarankan Gus Dur dan Muhaimin sowan ke kiai-kiai untuk meminta maaf. Saran Yahya itu ditanggapi Ketua DPW PKB Jatim (kubu Muhaimin) Imam Nahrawi. “Apa yang disarankan itu sudah kami lakukan sebelum Gus Yahya mengatakan,” ujar Imam.
Pada saat ini, lanjut Imam, pihaknya tidak mau lagi dipusingkan dengan konflik PKB. “Kami anggap sudah selesai. Kami berpikir ke depan saja untuk menjalankan program partai,” tandasnya. (gpa/rif)