Warta

Hasyim: Lembaga Pendidikan Nahdliyyin Perlu Dilabeli "NU"

Senin, 28 Januari 2008 | 13:28 WIB

Bogor, NU Online
Lembaga pendidikan yang dikelola oleh warga Nahdliyyin perlu diberi label "Nahdlatul Ulama" untuk menunjukkan eksistensi pendidikan NU kepada publik, karena selama ini prestasi NU di bidang pendidikan formal kurang diakui.

Demikian dikatakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi saat meresmikan bangunan Gedung Kampus I Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta di Kemang, Bogor, Senin (28/1). Selain sebagai tempat perkuliahan, gedung itu akan difungsikan sebagai pusat pengkajian agama dan peradaban.<>

Dikatakan Kiai Hasyim, sekolah-sekolah atau madrasah dan perguruan tinggi yang dikelola oleh kepengurusan NU atau yayasan yang dikelola oleh warga Nahdliyyin jarang sekali diberi label "NU". Akibatnya prestasi NU di bidang pendidikan formal kurang menonjol.

"Saya kadang bingung kalau ditanya orang luar mana sekolah NU, ya saya jawab saja pokoknya yang tidak ada label Muhammadiyah ya itu NU," kata Kiai Hasyim bergurau.

"Kalau pesantren sih tidak harus dilabeli NU karena memang pesantren lebih dulu ada dibanding NU dan sudah dengan sendirinya identik dengan NU. Namun untuk sekolah atau madrasah saya harapkan dikasih nama 'NU" misalnya Sekolah Menengah NU Cokroaminoto atau Madrasah Aliyah NU Wahid Hasyim," tambahnya.

Menurut Kiai Hasyim, sekolah-sekolah yang dikembangkan oleh organisasi-organisasi Islam yang lain juga merupakan inisiatif dari beberapa orang saja namun dapat ditata dengan baik dalam satu sistem keorganisasian.

Ketua Yayasan Perguruan Tingi Nahdlatul Ulama Drs. H. Abdul Aziz, MA. menambahkan, lembaga-lembaga pendidikan di lingkungan NU lebih banyak merupakan inisiatif dari warga Nahdliyin secara sefihak dan tidak terorganisir dengan baik dalam tata organisasi NU.

"Sekitar 12.000 madrasah/sekolah dan 80 perguruan tinggi yang dikelola di lingkungan NU dan 10.000 pesantren yang menjadi benteng NU lebih banyak merupakan inisiatif jama'ah daripada jam'iyyah," katanya.

Dengan pengorganisasian yang lebih rapi atau perbaikan manajemen pengelolaan kelembagaan, diharapkan pendidikan di lingkungan NU semakin maju dan syi'ar pendidikan NU akan lebih diakui publik.

Acara peresmian Gedung Kampus I STAINU itu dihadiri oleh sejumlah kader NU, antara lain Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Lukman Edy, Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar, dan Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat NU Khofifah Indar Parawansyah.

Gedung dua lantai itu dibangun di tanah seluas 620 m2 dari 2,7 ha tanah wakaf dari Lembaga Misi Islam yang dipimpin oleh H. Danial Tanjung. Pembangunan satu gedung itu telah menghabiskan biaya sekitar Rp 1,3 miliar dari total biaya keseluruhan yang diperkirakan mencapai Rp 100 miliar. (nam)


Terkait