Waktu perayaan Hari Raya Idul Adha antara Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah diperkirakan bersamaan. Sesuai metode hisab (perhitungan astronomis) yang dilakukan kedua organisasi kemasyarakatan Islam (ormas) tersebut, 10 Dzulhijjah 1429 H jatuh pada 8 Desember 2008.
Almanak Pengurus Besar NU yang diterbitkan Lajnah Falakiyah menyebutkan bahwa hilal (bulan sabit) saat Matahari terbenam pada 29 Dzulqa’dah 1429 H, masih berada di bawah ufuk -3,57 derajat.<>
Dengan demikian, saat dilakukan rukyatul hilal (pengamatan terhadap bulan) pada waktu yang bertepatan dengan 27 November 2008 M itu, dipastikan hilal tidak akan terlihat. Maka, usia bulan Dzulqa’dah akan disempurnakan menjadi 30 hari atau disebut istikmal.
Hasil itu juga sama dengan perhitungan yang dilakukan ormas Islam lainnya, seperti Persatuan Islam (Persis). Namun, Muhammadiyah dan Persis hanya mendasarkan pada metode hisab dalam penentuan awal bulannya. Sementara, NU menggabungkan hisab dan rukyatul hilal.
Karena itu, NU baru akan mengumumkan penentuan 10 Dzulhijjah 1429 H setelah dilakukan rukyatul hilal pada 27 November mendatang.
Pengurus Wilayah NU Jawa Timur akan melakukan rukyatul hilal di 13 lokasi. Di antaranya, Pantai Kenjeran (Surabaya), Gebang (Bangkalan), Ambet (Pamekasan), Bukit Condro (Gresik), Tanjungkodok (Lamongan), Ngliyep (Malang), Paseban (Jember), dan Plengkung (Banyuwangi).
Selain itu, Pantai Giliketapang (Probolinggo), Pantai Serang (Blitar), Prapat Tunggal (Bawean), Pantai Maleman (Lumajang), dan menara Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.
Sebelumnya, Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Nadjib Hamid mengungkapkan bahwa Muhammadiyah menetapkan Idhuladha 10 Dzulhijjah pada 8 Desember mendatang.
Dia menjelaskan dari hasil ijtimak, akhir Dzulqa'dah jatuh pada Kamis, 27 November dan saat matahari terbenam hari itu, hilal (bulan) belum wujud dan masih di bawah ufuk minus 4 derajat. Karena itu, lanjut dia, 1 Dzulhijjah ditetapkan pada 29 November dan 10 Dzulhijjah berarti 8 Desember mendatang. (nam/rif/sbh)