Tidak seperti pemain besar Eropa lain, Jerman tetap enggan untuk menerima keuangan Islami dalam sistem legal dan pajak mereka, meski kemerosotan industri global mulai mengancam ekonomi negara tersebut.
“Sistem undang-undang dan keungan Jerman masih harus disesuaikan dengan perkembangan sistem finansial Islami," ujar Zaid el Mogaddedi, Presiden Institute Perbankan dan Keuangan Islam di Frankfurt seperti yang dikutip IslamOnline.net
;
Terlepas dari prestasi menggembirakan yang diraih sistem keuangan Islami di negara-negara Eropa, khususnya di Inggris, Jerman masih terlihat khawatir mengadopsi industri berbasis syariah Islam ke dalam undang-undang mereka.
"Para politikus masih merasa cemas," ujar el-Mogaddedi. Beberapa bankir mengklaim jika beberapa lembaga dana Islam tertentu ada yang goyah dan kadang minim transparansi. Dalam sebuah survei yang dilakukan Deutshce Bank di tahun 1997 berpendapat jika pasar uang Islami berbasis perdagangan broker yang tidak bisa dipegang kredibilitasnya.
Dalam praktik, institusi perbankan dan keuangan Islam tidak mau menerima dana yang terlibat dengan apa pun berbau alkohol, judi, pornografi, tembakau, senjata, atau babi.
Selain tidak siap dengan sistem Islami, alasan lain yang membuat Jerman mengaku belum siap, menurut Volker Nienhaus, presiden Universitas Philipps di Marburg dan peneliti keuangan Islam, ialah jumlah investasi muslim yang sedikit di negara tersebut.
"Tidak seperti di Inggris, tidak banyak keluarga muslim kaya—terutama asal teluk—yang menetap di Jerman," ujar Volker seraya manambahkan jika komunitas muslim Turki pun menyimpan uang mereka seperti warga lain, yakni di Bank konvensional. Jerman kini menjadi tempat tinggal bagi sekitar 3,2 juta poulasi muslim di mana setengahnya berasal dari Turki.
"Meskipun dukungan pemerintah tak begitu besar, sistem keuangan islami telah menjadi perhatian dan masuk dalam pertimbangan besar pelaku ekonomi di Jerman.
Berdasar potensi besar para nasabah beberapa bank Jerman telah mengawali menawarkan produk yang sejalan dengan prinsip Islami, meski masih diperuntukkan nasabah luar Jerman. Sejak 2005, Deutsche Bank, misal, telah menerbitkan kerja sama keuangan Islami (sukuk) dengan bank-bank Arab Saudi.
"Dresdner Kleinwort, anak perusahaan dari Dresdner Bank juga memanajemen penerbitan produk serupa senilai satu juta dolar di Bahrain pada tahun 2007 ini," ujar Simon Grieser, penasihat hukum perusahaan yang bermarkas di Mayer Brown, Frankfurt tersebut.
Kini investasi Islami pun mulai begerak masuk pasar properti di Jerman. Perusahaan investasi Arab yang bermarkas di London baru-baru ini membeli kawasan properti komersial senilai 400 juta Euro di Berlin, tepanya di kota bagian barat daya Jerman, Karlsruhe dan Dresden, ibu kota Negara Bagian Bebas Saxony.
Lars-Oliver Breuer, dari perusahaan real estate Savilles di Hamburg mengharapkan investor Arab memompakan 300 juta euro lebih lanjut pada tahun 2009 nanti.
Sistem keuangan Islami menjadi salah satu sektor yang tumbuh cepat dalam industri keuangan global. Industri perbankan Islam yang telah mulai hampir tiga dekade lalu telah menciptakan pertumbuhan nyata dan menarik perhatian investor dan bankir di seluruh dunia.
Saat ini ada sekitar 300 perbankan dan institusi keuangan Islami yang tersebar di seluruh dua dengan prediksi perkembangan total aset mencapai 1 triliun dolar pada tahun 2013 nanti. (ant/rif)