Warta

Kang Said: AS Jangan Sampai Kehilangan Momentum

Rabu, 10 November 2010 | 06:13 WIB

Jakarta, NU Online
Dunia menyaksikan AS seringkali menerapkan standar ganda dalam perumusan dan eksekusi kebijakan-kebijakannya. Pada satu sisi mengampanyekan demokrasi di level wacana, namun di sisi lain justru banyak praktik yang berseberangan dengan nilai-nilai demokrasi.

“Dalam contoh kasus Israel-Palestina, misalnya, kita bisa bertanya mengapa Pemerintah AS hanya diam dan membiarkan keterindasan masyarakat Palestina berlarut-larut sementara kepentingan Israel lebih banyak dibela?” ujar Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj melalui pesan singkatnya kepada NU Online (10/11).
/>
“Contoh lain adalah perang saudara di Afghanistan. Sudah semestinya AS tidak perlu ikut campur terlalu jauh dan dalam pada persoalan ini hingga mengirim tentara. Menurut hemat saya, perang saudara di Afghanistan adalah urusan masyarakat Afghanistan yang penyelesaiannya justru lebih efektif jika diinisiasi oleh orang Afghanistan sendiri,” tambah Kang Said.

Keterlibatan AS secara militer dan politik yang terlalu jauh tidak menyelesaikan masalah, namun justru bisa menambah dan memperluas skala masalah yang sudah ada. “Di sini, saya perlu menegaskan bahwa kami tidak pernah membenci AS, namun kami tidak senang dengan sejumlah kebijakan AS yang membuka celah konflik dan kesenjangan di dunia internasional,” tegas Kang Said.

Kang Said menambahkan, saat ini masih ada waktu dan kesempatan bagi AS untuk mengembalikan atau merehabilitasi nama baiknya di mata umat Islam. “Jangan sampai AS kehilangan atau melewatkan kesempatan berharga ini,” kata Kang Said. Kesempatan ini antara lain ditandai dengan kian banyaknya upaya-upaya tokoh-tokoh muslim moderat yang gigih menampilkan wajah Islam yang ramah, terbuka, dan jamak. Islam sebagai sebuah keyakinan relijius, praktik kebudayaan, dan khazanah keilmuan tidak berwajah tunggal atau monolitik.

Perbedaan adalah sesuatu yang dalam historisitas peradaban Islam bisa dimoderasi dengan banyak cara. Perbedaan demi perbedaan diolah dalam rangka memperkaya keluasan pandangan dan cakrawala berpikir. “Dalam aneka perbedaan itulah, jumlah tokoh dan organisasi Islam yang mendakwahkan nilai-nilai moderat jauh lebih banyak daripada tokoh dan organisasi yang menampilkan Islam dengan perspetif kebenaran tunggal,” pungkasnya. (bil)


Terkait