Warta

Kang Said : Qur’an Sangat Menghargai Dunia

Senin, 10 Oktober 2005 | 13:37 WIB

Jakarta, NU Online
Dalam al Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan bahwa harta atau dunia adalah sesuatu yang berharga dan mencari harta adalah sesuatu aktifitas yang memiliki nilai yang tinggi, bukan sesuatu yang hina atau tak berguna.

“Sebagai makhluk, kita diwajibkan untuk sholat, tetapi sebagai kholifah kita diwajibkan untuk produktif, untuk membuat dunia lebih baik,” tandas KH Said Agil Siradj dalam acara buka bersama di Gd. PBNU, Senin.

<>

Kang Said menjelaskan bagi umat Islam, sholat tahajjud walaupun bersifat sunnah merupakan sholat yang sangat penting atau sunnat muakkad. Namun demikian, mereka diperbolehkan memperpendek sholat jika sedang sakit, yang mau beraktifitas atau bekerja esok harinya untuk mencari uang dan bagi mereka yang mau berjuang. “Ini juga menunjukkan penghargaan Qur’an terhadap aktifitas keduniaan,” paparnya.

Ada sementara kalangan umat Islam yang menganggap bahwa kehidupan dalam kondisi miskin adalah sesuatu yanga baik. Mereka menghabiskan waktunya untuk aktifitas-aktifitas ibadah tanpa memikirkan kontribusi yang dapat diberikannya kepada dunia.

Lulusan Universitas Ummul Qura Makkah tersebut juga mengungkapkan bahwa memberi motivasi kita untuk belajar, untuk mencari ilmu guna menguasai dunia. “Qur’an itu bukan buku ilmiah yang terdiri dari pendahuluan, metodologi penelitian, kesimpulan sampai dengan saran-saran. Qur’an memberi motivasi, ilmunya terserah cari sendiri” imbuhnya.

Qur’an merupakan kitab suci yang tak boleh dirubah oleh siapapun. Namun demikian, masih terdapat kemungkinan untuk menafsirkan ayat-ayat yang ada sesuai dengan konteks zamannya untuk ayat-ayat yang bersifat dzonni sedangkan bagi ayat-ayat yang bersifat Qot’i yang hanya berkisar 5 persen seperti ayat tentang haji, yang tidak boleh dinikahi, 13 macam yang tak boleh dimakan, aurat perempuan dan beberapa hal lainnya merupakan sesuatu yang sudah ditetapkan dan tak bisa dirubah.

Diakuinya bahwa yang membuat kategori bahwa satu ayat bersifat qot’i atau dzonni memang manusia seperti Imam Hanafi, Syafii atau Hambali. “Tapi tak sembarangan orang bisa memberikan tafsir,” paparnya.(mkf)


Terkait