Bogor, NU Online
Pola kepemimpinan kharismatik sebagaimana dalam kultur organisasi Nahdlatul Ulama (NU) harus diimbangi dengan manajemen keorganisasian yang lebih rapi. Jika tidak, gerakan kultural dalam NU malah akan menghilang.
“Kepemimpinan kharismatik memang akan lebih tahan lama ketimbang kepemimpinan rasional. Akan tetapi yang kharismatik ini ada lemahnya juga, ” kata Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi saat meresmikan bangunan Gedung Kampus I STAINU di Kemang, Bogor, Senin (28/1).
<>Menurut pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam Malang itu, dalam pola kepemimpinan kharismatik tata keorganisasian hanya bertumpu pada sosok dan berubah-ubah format jika kepemimpinan berubah.
“Maka kita sekarang sudah harus melakukan perbaikan-perbaikan organisasi di segala lini. Jadi siapa pun yang akan jadi pengurus NU ke depan relnya sama dengan pengurus sebelumnya,” kata Hasyim.
Selain itu, menurut Ketua Umum PBNU, dalam pola kepemimpinan kharismatik keinginan untuk memiliki organisasi lebih besar daripada mengabdi. Akibatnya pada beberapa kasus, misalnya dalam pengelolaan lembaga pendidikan sering terjadi perebutan kepemilikan, sehingga hal penting dalam pengembangan pendidikan itu terabaikan.
“Maka gerakan kultural hanya jadi strategis kalau dipadu dengan managemen yang operasional. Hanya dengan kharisma tak akan mampu mengubah yang laten menjadi strategis. Harus ada keseimbangan di antara keduanya,” kata Kiai Hasyim.
Dikatakannya, tanpa managemen yang operasional, NU hanyalah seperti rumput yang selalu diinjak orang namun tidak pernah bisa mati dan menyatu dengan tanah. (nam)