Warta

Ketua Umum Muslimat NU Raih Penghargaan Pemberantasan Buta Huruf

Senin, 8 September 2008 | 22:13 WIB

Denpasar, NU Online
Ketua Umum (nonaktif) Pengurus Pusat (PP) Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), Khofifah Indar Parawansa, meraih penghargaan di bidang pemberantasan buta huruf. Dia dinilai sukses menjalankan program pemberantasan buta aksara di Jawa Timur.

Penghargaan tersebut diberikan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo pada Peringatan Hari Aksara Internasional ke-43 di Art center, Jalan Nusa Indah, Denpasar, Bali, Senin (8/9).<>

Khofifah, bersama organisasi yang ia pimpin, telah terlibat dalam pemberantasan buta aksara sejak 2000. Ia membangun kerja sama dengan MDGs (Millenium Development Goals). Saat itu, Khofifah berjuang membangkitkan kesetaraan gender dan pemberantasan buta aksara.

Perjuangan Kofifah membantu masyarakat mengurangi jumlah penduduk buta aksara semakin intensif sejak bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional pada 2004. Sejak itulah program pemberantasan yang diperjuangkan Khofifah berjalan sistematik.

Sejak itu pula, mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan di era pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid itu memulai menggunakan modul pembelajaran. "Program kita menjadi lebih sistematik," ujarnya.

Berbagai strategi juga diterapkan untuk memacu semangat para perempuan di Jatim agar terbebas dari buta aksara. Di antaranya, membuka taman bacaan masyarakat, melatih siswa menjadi pembawa acara, kelompok usaha bersama.

Khofifah berjuang memberantas buta aksara pada kaum perempuan, karena meyakini bahwa buta aksara adalah awal seorang perempuan menjadi korban kekerasan seperti KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga).

"Dengan bebas dari buta aksara, perempuan menjadi lebih bermartabat, bisa tersenyum karena sudah merasa mandiri dan setara dengan orang lain," katanya.

Pada kesempatan itu, pemerintah juga memberikan penghargaan kepada gubernur, walikota, dan bupati, tokoh masyarakat, tutor, wartawan se-Indonesia yang berprestasi menyukseskan program pemberantasan buta aksara di daerahnya masing-masing.

Mendiknas mengatakan, penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas yang masih buta aksara pada akhir Agustus 2008 sebanyak 10,16 juta atau (6,62 persen). Dari jumlah itu, sebanyak 65 persen atau 6,6 juta di antaranya adalah perempuan.

Disebutkan, program pemberantasan buta aksara berhasil menekan jumlah penduduk buta aksara dari tahun ke tahun. Pada 2004, angka buta aksara usai 15 tahun ke atas sebanyak 15,4 juta orang (10,21 persen), dan pada akhir Agustus 2008 turun menjadi 10,16 juta atau (6,62 persen). Dari jumlah tersebut, sebanyak 65 persen dari jumlah penduduk buta aksara yang masih tersisa adalah perempuan. (dtc/sbh)


Terkait