Warta

Masjid Al Kurdi Masih Kokoh Meski Tua

Selasa, 9 September 2008 | 06:32 WIB

Brebes, NU Online
Kali pertama mengunjungi Masjid Al Kurdi di Desa Karangmalang Kecamatan Ketanggungan Brebes, Jawa Tengah, yang terlintas adalah sebuah kesederhanaan. Berbagai sisi tak tampak pernik-pernik seperti masjid modern saat ini.

Gaya arsitekturnya terkesan sederhana namun unik. Dari tulisan tahun pendirian yang tertera di dinding tercantum angka 1917. Sebuah pengingatan sejarah, kalau Masjid ini berdiri sebelum Kemerdekaan RI.<>

Pintu, jendela dan tiang penyangga atau saka masjid yang terbuat dari kayu jati hingga sekarang masih utuh. Pasalnya, sejak dibangun, masjid ini belum pernah direhab berat apalagi mendapat bantuan pemerintah kabupaten.

Keaslian masjid ini terlihat pula pada lantai atau tegel yang ada didalam masjid dimana terdapat corak yang khas peninggalan tempo dulu. Tegel masjid didominasi warna biru dan hanya sebagian saja berwarna kuning dengan motif bunga.

Yang kelihatan utuh lainnya yakni tongkat kayu yang ujungnya diberi pisau atau belati di mimbar khotbah. Tongkat yang mirip dengan tombak ini selalu dipegang oleh khotib saat berkhotbah ketika Sholat Jum'at.

Konon ceritanya, tongkat kayu ini untuk berjaga-jaga atau mempertahankan diri dari serangan musuh. Begitu pula bedug atau alat pukul yang terbuat dari kulit kerbau masih ada di semenjak masjid ini dibangun sehingga di sana-sini terlihat berlubang dimakan usia.

Masjid Al Kurdi memiliki nilai sejarah terutama bagi perkembangan Islam di Kabupaten Brebes pada jaman dahulu. Dari cerita secara turun-temurun, selain dibangun pada masa penjajahan Belanda, masjid ini sering dijadikan sebagai tempat ibadah maupun untuk berkumpulnya para pejuang untuk menyusun strategi perang gerilya.

"Pendiri Masjid Al Kurdi yakni (alm) KH Jazuli Malawi yang merupakan keturunan Pangeran Diponegoro ke sembilan. Murid-muridnya atau santrinya banyak tersebar di beberapa daerah," ujar Pengurus Masjid Al Kurdi KH Jumhur Abdul Kodir kepada NU Online Ahad (7/9) lalu.

Secara tertulis memang belum ditemukan bukti kuat ada keterkaitan Masjid Al Kurdi dengan perjuangan masa penjajahan Belanda. Namun, di sekitar Masjid Al Kurdi terdapat makam-makam aulia dan pejuang Islam. Antara lain KH Zarkasih yang dikenal sebagai hafidzul Quran, Mbah Soebi Waliyullah dan KH Jazuli Malawi.

Kompleks makam para Aulia ini sering dipadati peziarah dari luar daerah. Seperti Cirebon, Jakarta, Banten, Yogya maupun Sumatera atau dari luar Jawa.

Kendati terletak di daerah terpencil atau sekitar 25 km ke arah barat daya dari kota Brebes, Desa Karangmalang namun mudah dijangkau. Di desa ini banyak ditemui pondok pesantren mapun tempat untuk mendalami kitab-kitab kuning. Kebanyakan ponpes ini menggunakan sistem pembelajaran tradisional atau salaf.

Masjid Al Kurdi yang berukuran 20 X 40 meter ini selalu ramai dipadati jamaah karena menjadi sentra kegiatan para santri Pondok Pesantren At Taqwa yang berjumlah sekitar 150 orang. Selain itu, warga Karangmalang juga selalu memanfaatkan masjid yang berada di pinggir jalan desa itu untuk kegiatan ibadah. Apalagi di bulan Ramadhan ini, rutinitas kegiatan dan jamaahnya makin padat.

Setelah Masjid Al Kurdi diserahkan dari Keluarga Almarhum Jazuli kepada masyarakat, masjid ini ingin direhab tapi dengan tetap mempertahankan model bangunan lama mengingat sebagai situs bersejarah di Kabupaten Brebes. “Tapi, sayangnya bantuan dari Pemkab Brebes tak kunjung diberikan,” pungkas Jumhur. (was)


Terkait