Darwin, NU Online
Peringatan kelahiran Nabi Muhammad atau Maulid Nabi bagi masyarakat Islam Indonesia mungkin sudah biasa. Hampir setiap tahunnya acara ini diselenggarakan di seluruh penjuru kota di Indonesia. Tapi, jika acara maulid Nabi diselenggarakan di kota Darwin, Australia, mungkin hal ini tidak biasa. Kendati jauh dari kampung halaman, masyarakat muslim Indonesia di wilayah paling utara Australia ini masih merindukan suasana peringatan Maulid Nabi seperti di kampung halaman mereka.
Kendati tidak seramai peringatan Maulid Nabi di Indonesia, masyarakat Islam Indonesia Darwin dengan khidmat merayakan acara Maulid Nabi Muhammad SAW belum lama ini. Acara yang di selenggarakan di aula pertemuan Konjen Republik Indonesia di Darwin ini di hadiri tidak kurang dari 150 pengunjung. Mereka umumnya adalah masyarakat muslim Indonesia yang telah puluhan tahun menetap di kota yang berpenduduk kurang lebih 111,300 jiwa ini. Tampak hadir dalam acara ini Presiden Darwin Islamic Society, Dhurrahman, muslim Bangladesh yang telah lama menjadi warga negara Australia.
<>Acara Maulid ini diisi dengan penampilan group pelantun kasidah shalawat yang terdiri dari para santri madrasah TPA di Masjid Darwin. Penampilan mereka melantumkan bait-bait kasidah shalawat yang biasa dilantumkan oleh Hadad Alwi ini cukup memukau hadirin. Terbukti hadirin sangat antusias memberikan applause setelah kelompok ini selesai melantumkan lagu terakhir.
Layaknya acara Maulid Nabi di tanah air, acara Maulid ini diisi hikmah Maulid Nabi disampaikan oleh Arif Zamhari, yang juga sebagai Ketua Tanfidziah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI-NU) Australia dan New Zealand. Dalam ceramahnya Arif Zamhari mengulas sejarah hidup Rasulullah mulai dari masa pra kenabian dan masa kenabian. Menurutnya, kehadiran Nabi Muhammad sebagai utusan Allah ini sebenarnya sudah dipersiapkan oleh Allah jauh sebelumnya. Terbukti beliau di tinggal ayahnya sejak beliau masih dalam kandungan, Nabi juga dalam keadaan ummi, tidak bisa membaca dan menulis, dan sejak lahir beliau dijauhkan dari ibunya tinggal di pedesaan.
Dalam kesempatan yang sama Arif Zamhari, yang juga mahasiswa program doktor Anthropologi di the Australian National University, Canberra ini juga menekankan pentingnya ukhuwah Islamiyah. Menurut Arif, ukhuwah Islamiyah tidak harus dimaknai dalam konteks persaudaraan sesama muslim. Tapi menurut konsep ukhuwah dalam Al-Qur’an konsep ini harus dimaknai dalam konteks yang lebih luas. Yakni meliputi persaudaraan kemanusian (ukhuwah bashariah) dan persaudaraan dengan pemeluk agama lain dalam kebaikan.’
Menurutnya, konsep ukhuwah sesama umat Islam harus didasari persamaan. Tanpa adanya rasa persamaan mustahil ukhuwah Islamiyah ini dapat terwujud. Sehingga karena rasa persamaan ini seseorang akan mengulurkan bantuan bukan atas dasar ‘take and give’ tapi lebih didasarkan karena rasa persamaan sebagai saudara sesama umat Islam. Bahkan mereka akan memberikan prioritas bantuan sekalipun mereka kekurangan,’ tandasnya.
“Peringatan mauled ini pada awalnya akan diselenggarakan di Masjid Darwin, tapi karena Imam masjid ini menganggap peringatan maulid sebagai amaliah bid’ah, maka beliau tidak memberikan ijin,” kata ketua panitia acara yang juga sebagai fellow research di Charles Darwin University.
“Bahkan kenyataan ini terungkap setelah dalam khutbah Jum’atnya sebelum peringatan mauled diselenngarakan di KJRI, Imam ini secara panjang lebar menghantam peringatan mauled sebagai amalan bid’ah yang sesat dan pelakunya akan masuk neraka,” kata salah seorang sumber yang tidak mau disebutkan namanya.
Pernyataan ketua panitia ini juga dibenarkan oleh Sudjoko, warga Indonesia asal Surabaya yang sudah tiga puluh lima tahun tinggal di Darwin. Menurut Sudjoko, yang juga volunter kebersihan di masjid Darwin ini. “Kami sangat menyesal mengapa kami sebagai masyarakat Islam Indonesia tidak bisa menyelenggarakan acara maulid Nabi di masjid kami sendiri. Tapi untung kami masih bisa menyelenggarakan acara ini di KJRI.”
Ketidaksetujuan Imam masjid ini patut dimaklumi karena hampir sebagian besar imam-imam masjid di Australia diangkat dan digaji oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi yang dikenal sebagai pendukung gerakan puritanisme Islam. Hal yang sama juga terjadi dengan masyarakat Islam Indonesia di Canberra yang akan menyelenggarakan acara maulid Nabi Muhammad di masjid Abu Bakar, satu-satunya masjid di Canberra. Hanya saja, imam masjid Canberra masih mengizinkan diselenggarakannya maulid di masjid ini, tapi yang bersangkutan tidak akan mengahdiri acara tersebut sekalipun panitia pelaksana acara maulid akan mengundangnya. (nu-anz/nam)