Warta

Media “Panas” Merusak Kebebasan Pers

Selasa, 11 April 2006 | 12:36 WIB

Jakarta, NU Online
Penerbitan majalah Playboy versi Indonesia edisi perdana menjadi perhatian Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda Ansor. Badan otonom NU dengan basis massa pemuda NU itu menilai terbitnya majalah Playboy dan sejumlah media “panas” lainnya sebagai bentuk pembunuhan terhadap karakter bangsa.

“Tentang Playboy Ansor mendukung kebabasan pers yang mempunyai semangat edukasi dan tidak membunuh karakter kultur masyarakat Indonesia,” kata Sekretaris Jendral PP GP Ansor, A Malik Haromain kepada NU Online di Jakarta, Selasa (11/4).

<>

GP Ansor tidak hanya menyoroti majalah Playboy saja, karena faktanya masih banyak sekali media massa cetak lain yang cenderung mempertontonkan gambar panas. Karena itu, Ansor berharap masyarakat tidak hanya terfokus pada majalah Playboy saja. ”Kita jangan hanya menyoroti Playboy. Kan masih banyak media lain yang seperti itu. Bahkan media panas selain Playboy itu terbitnya lebih dulu,” ungkap mantan Ketua Umum PB PMII ini.

Soal kebebasan pers yang selalu dijadikan alasan pihak-pihak yang mendukung terbitnya media panas di Indonesia, Ansor berpendapat lain. Menurut Malik, terbitnya media yang mempertontonkan aurat manusia lebih karena keberpihakan mereka terhadap industri. 
“Ansor tidak sepakat dengan kebebasan yang tidak bertanggungjawab dan hanya mementingkan dan mempertimbangkan aspek pasar, industri dan ekonomi semata. Ansor juga tidak sepakat dengan kebebasan pers yang merusak karakter kultur dan adat orang Indonesia dan merusak anak muda Indonesia,” tegas Malik.

Karena itu, Ansor meminta agar kebebasan pers ditempatkan secara proposional. Dikatakan, terbitnya majalah Playboy dan sejumlah media massa lain yang mempertontonkan aurat orang, terutama perempuan telah merusak makna kebebasan pers.

”Kehadiran sejumlah tabloid majalah, tidak hanya Playboy yang selalu menonjolkan aurat dan terkesan buka-bukaan telah mendistorsi makna kebebasan pers. Kebebasan pers kemudian menjadi destruktif dan sama sekali tidak memiliki semangat pendidikan dan pencerahan,” katanya. (amh)


Terkait