Ketakutan berlebihan terhadap Islam atau Islamofobia di Eropa masih sulit dihilangkan. Seperti terjadi di Inggris, terlepas dari jumlah penduduk muslim yang telah lama menetap dan mencapai 1 juta lebih, negara itu masih menerapkan aturan superketat yang membuat warga muslim merasa dihantui, salah satunya di kota Brimingham.
Muslim di Kota Birmingham sering kali dianggap sebagai warga kelas dua di Inggris, merasa terpenjara di kota mereka sendiri—dengan segala rincian aspek hidup mereka diawasi oleh kebijakan antiekstrimisme, begitu isi kesimpulan laporan pemerintah yang dikeluarkan 20 November lalu.<>
Sejumlah responden mengakui, polisi dan pihak keamanan selalu mengawasi setiap gerakan mereka yang berfokus pada komunitas muslim. Begitu disebutkan Waterhouse Consulting Group, perusahaan konsultan dan manajemen ternama dalam laporan yang dikutip Brimingham Post.
Grup tersebut mewawancarai individu dan organisasi di seluruh kota untuk mendapat analisis mendalam tentang proyek anti-teroris 11 pemerintah yang berada di bawah inisiatif, Pencegahan Kekerasan Ekstrimisme (PVE)
Dalam kesimpulan yang dibuat, perusahaan itu mengingatkan jika para muslim di Brimingham merasa seperti dikepung secara nyata karena pemeriksaan super mendetail yang dilakukan polisi dan pihak kemanan. Ketakutan karena terus-menerus diawasi telah memengaruhi kehidupan para muslim tersebut.
"Mereka harus memperhatikan setiap langkah mereka, apa yang mereka lakukan, pakaian, orang-orang yang dekat dengan mereka, dan masjid yang mereka kunjungi," ujar laporan lebih lanjut. Karena itulah mereka merasa terpenjara di dalam kota mereka sendiri.
Inggris telah meluncurkan strategi berdana 45 juta Poundsterling (sekitar Rp 83,25 milyar dengan kurs 1 Pounds = Rp 18.500) untuk memberantas ekstrimisme sebagai tindak lanjut teror pengeboman di London 7/7. Proyek itu diterapkan dalam 200 strategi di 70 kota di Inggris.
Laporan yang didanai pemerintah itu juga mengingatkan jika muslim merasa dihantui oleh kekerasan ekstrimis yang sering kali diasosiasikan dengan Islam oleh media dan juga pemerintah. "Pemerintah pusat dan lokal harusnya memahami kemarahan mendalam dan pandangan di kalangan muslim akar rumput, yang gerah selalu dikaitkan kekerasan ekstrimisme," begitu bunyi laporan.
"Itu malah mendorong penghitaman citra muslim dan menyerang mereka di tengah iklim dimana Islamophobia sedang marak," imbuh keterangan laporan.
Inggris kini memiliki hampir dua juta muslim yang mendapat dampak tekanan kebijakan anti-teror setelah kejadian 7/7. Mereka berulang kali kerap mengeluhkan perlakuan-salah para polisi yang sering tanpa alasan jelas selain mereka adalah muslim.
Sebuah angket yang dilakukan harian Financial Times menunjukkan akhir-akhiri ini Inggris menjadi negara yang paling curiga terhadap muslim. Studi yang dilakukan pemerintah juga menemukan jika semburan negatif dan cerita tidak seimbang di media-media Inggris telah memburukkan citra muslim dan keyakinan mereka dengan menggambarkan sebagai musuh dari dalam. (ant/rif)