Panitia KTT ASEM di Beijing Sediakan Makanan Halal Khusus Muslim
Senin, 27 Oktober 2008 | 08:30 WIB
Sebagai negara komunis, tidak banyak masyarakat China yang beragama Islam. Meski jumlah penganut muslimnya jutaan orang, namun jika dilihat dari populasi penduduk China yang mencapa 1,3 miliar orang, jumlah tersebut terhitung masih sedikit. Sehingga maklum, banyak makanan tak halal berseliweran di negeri panda tersebut.
Bicara masalah halal, ternyata pemerintah China sangat memperhatikan. Setidaknya hal itu terlihat di ajang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean Europe Meeting (ASEM) yang berlangsung di Beijing, China, pada 24-25 Oktober. Menu halal dan tidak halal dibedakan.<>
Seperti yang terdapat di press room yang terletak di Beijing International Hotel (BIH), Jumat (24/10/2008), menu-menu untuk wartawan muslim dan nonmuslim dibedakan. Sandwich yang mengandung babi di sampingnya tertulis nonmuslim. Sementara sandwich yang tidak mengandung babi tertera tulisan muslim. Persamaan pilihan makanan ini membuat wartawan sesama muslim juga merasa 'senasib' sehingga akhirnya jadi teman. Misalnya detikcom mengambil menu, seorang wartawan Malaysia keturunan India mendekati dan bertanya,
"Anda dari Indonesia ya," tanya dia. Obrolan pun mengalir, tidak hanya sekadar halal dan tidak halal tapi meluas ke masalah-masalah lain.
Soal makanan halal juga diperhatikan oleh pihak hotel tempat wartawan menginap, yakni Peninsula Hotel. Saat sarapan, disediakan menu-menu halal. Namun tempatnya pun disendirikan, yakni di restoran yang terletak di bawah lantai dasar. Sementara untuk makan siang, disediakan restoran lain yang letaknya setingkat di atas restoran pertama. Menunya pun kebanyakan seafood dan dijamin halal.
Namun untuk mencari makanan halal di luar lokasi KTT ASEM sangat sulit sehingga rombongan wartawan dari Indonesia pun harus berkeliling Beijing untuk mencari makanan halal. Untungnya, wartawan dipandu oleh staf Kedubes RI di China sehingga tidak sampai tersesat untuk sekadar mencari makanan halal. (mui/jpr/atj)