Madinah, NU Online
Para petugas di Markaziyah, baik petugas kloter maupun non kloter beserta tenaga musiman diminta untuk lebih berhati-hati dan lebih teliti dalam memulai batas Arbain (40 kali waktu sholat). Hal ini di karenakan fasilitas hotel di Markaziyah tidak hanya digunakan oleh jamaah dari Indonesia saja.
"Pihak hotel di Markaziyah juga memiliki jadwal yang ketat, sehingga bila jadwal kita tidak akan bisa lagi meminta pengunduran waktu tinggal bila telah meneken kesepakatan. Karenanya, para petugas harus berhati-hati agar jangan sampai ada jamaah yang belum selesai hitungan Arbain-nya, namun sudah harus keluar dari hotel atau pemondokan," kata Wakadaker bagian perumahan dan katering, Mukholid kepada NU Online di Madinah, Kamis (14/10).
<>Menurut Mucholid, penghitungan awal arbain baru bisa dimulai sejak waktu sholat kedua dari setelah jamaah di bus terakhir sampai di hotel. Sehingga jangan sampai terjadi ada seorang jamaah belum selesai hitungan Arbain, padahal kawan-kawannya sudah selesai.
"Terpenting untuk diingat oleh para petugas yang akan menandatangani kontrak adalah, jangan sampai ada cek cout ba'dal isya'. Kalau memang ternyata setelah dihitung ko ketemunya Isya, ya harus diundur hingga subuh, baru diteken," terang Mucholid.
Lebih lanjut Mucholid menjelaskan, aturan sirkulasi jamaah di Madinah berdasarkan Arbain ini
, telah menjadi adat yang secara kultural bermanfaat bagi jamaah haji asal Indonesia. Sehingga tidaklah perlu memperdebatkan perkara khilafiyah mengenai Arbain.
"Memang ada negara-negara lain yang tidak memberlakukan sistem Arbain, seperti Iran. Namun hampir semua negara di semenanjang melayu menggunakan sistem ini karena terbukti sangat efektif untuk mengatur sirkulasi jamaah. Mungkin inilah salah satu hikmah Arbain," tandas Mucholid. (min/Laporan langsung Syaifullah Amin dari Arab Saudi)