Warta

PBNU dan Organisasi Pesantren Se-Nusantara Peringati 60 Tahun Resolusi Jihad

Sabtu, 22 Oktober 2005 | 13:08 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) difasilitasi oleh Pucuk Pimpinan Lajnah Ta’lief wan Nasr (LTN) NU Pusat memperingati 60 Tahun Resolusi Jihad di gedung PBNU Jakarta Pusat, Sabtu (22/10). Acara diformat dalam bentuk diskusi bertema "Gerakan Pesantren Melawan Imperialisme" dan buka bersama. Acara didukung sepenuhnya oleh aliansi organisasi alumni pesantren se-Nusantara.

60 tahun yang lalu, tepatnya 22 Oktober 1945, Rais Akbar NU Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy’ary bersama perwakilan cabang NU se-Jawa dan Madura mendeklarasikan perang suci (Jihad) untuk mengusir pasukan Inggris yang hendak merebut kembali wilayah Indonesia. Pada Muktamar NU ke-16 di Purwokerto, Maret 1946, Resolusi Jihad ini dideklarasikan kembali dengan menambahkan beberapa pasal penting guna mengusir Pasukan Belanda yang sebelumnya datang membonceng pasukan Inggris.

<>

Ketua PBNU KH. Said Agil Siradj dan Pimpinan LTN NU Abdul Munim DZ yang menjadi pembicara dalam diskusi menyampaikan pentingnya kalangan pesantren untuk menghayati Resolusi Jihad dan perjuangan para sesepuh NU. Peringatan 60 Tahun Resolusi Jihad berarti sekaligus mengoreksi kembali apakah Indonesia saat ini sudah benar-benar terbebas dari penjajahan dan apa yang seharusnya dilakukan oleh NU dan kalangan pesantren.

Resolusi Pesantren

Dalam acara itu juga aliansi organisasi alumni pesantren se-Nusantara, terdiri dari Pesantren Lirboyo, Tambak Beras, Denanyar, Tebuireng, Darun Najah, Darul Hikmahn Riau, Darul Ulum Sumatera, Al-Masturiyah, Nurul Jadid, Tarbiatut Tholabah, Mathla’ul Anwar dan Mlangi mendeklarasikan Resolusi Jihad 2 yang disebut sebagai "Resolusi Pesantren".

Dalam deklarasi itu aliansi menyatakan bahwa penjajahan masih terus terjadi, tidak hanya dalam bentuk pemaksaan atas berlakunya pemikiran yang menyesatkan, tetapi juga dalam bentuk penguasaan sektor-sektor strategis negara. Oleh karena itu kalangan pesantren, organisasi NU dan umat Islam diminta untuk merapatkan barisan dan segera melakukan tindakan perlawanan atas penjahan bentuk baru itu.

Di akhir acara Kang Said menyetujui keinginan aliansi organisasi alumni pesantren se-Nusantara agar dirinya dan PBNU dapat menjadi fasilitator pergerakan pesantren melawan segala bentuk penjajahan. (an)


Terkait