Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengatakan, interpelasi kasus luapan lumpur panas Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, harus jalan terus.
Ia menegaskan, Sidang Paripurna yang sedang digagas sebagian anggota DPR RI itu perlu didorong untuk mengetahui secara rinci semua penyebab telantarnya para korban Lapindo hingga saat ini. Demikian dikatakan Hasyim kepada wartawan di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Ahad (17/6).
<>Hasyim mengaku kerap menerima keluhan dari para korban Lapindo. Menurutnya, 30 persen para korban, kini mengidap penyakit jiwa, baik ringan, sedang maupun berat. “Kondisi para korban saat ini telah masuk pada tahap darurat.” Belum lagi kerusakan moral para korban serta terganggunya perekonomian Jatim.
Kini, katanya, harapan korban Lapindo, hanya tertuju kepada pemerintah. Meski mereka telah bertemu langsung dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, para korban hingga kini masih terlantar.
“Presiden dan Wakil Presiden telah menerima mereka, toh tidak selesai. Sekarang dicoba melalui interpelasi DPR RI, kalau tidak selesai juga, berarti pupuslah harapan rakyat terhadap perlindungan negara,” jelas Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jatim, itu.
Hasyim menambahkan, anggota DPR, kini sedang diuji dengan interpelasi Lapindo yang diharapkan dapat menekan pemerintah untuk lebih maksimal dalam menangani luapan lumpur panas tersebut berikut para korbannya. Interpelasi itu, lanjutnya, akan menjadi ukuran besarnya perhatian anggota DPR terhadap nasib rakyat.
“Dengan interpelasi, sekaligus bisa diketahui mana anggota DPR yang peduli dan mana yang menganggap kepedihan rakyat kurang penting karena tidak menyentuh kepentingan mereka,” tutur Mantan Ketua Pengurus Wilayah NU Jatim itu.
Namun demikian, ia mengingatkan kepada anggota parlemen agar interpelasi tersebut dilakukan secara tulus dan ikhlas, bukan untuk tujuan menjatuhkan Presiden. ”Bukan pula sekedar politik pencitraan yang hanya menghasilkan pemimpin yang seolah-olah pemimpin,” katanya.
Upaya membendung luapan lumpur dengan teknologi canggih yang kini sedang dilakukan, katanya, sulit membuahkan hasil. Karena, bercampurnya kesalahan manusia dengan nuansa kezaliman yang mengundang murka Tuhan. Karena itu, ia meminta agar nasib para korban Lapindo diutamakan untuk menghindari dampak sosial yang lebih besar lagi.
“Kalau seluruh korban telah tertolong dengan baik dan kembali hidup normal, baru bisa diupayakan doa dan ikhtiyar teknologi untuk menyumbat semburan lumpur semoga dikabulkan Tuhan,” pungkasnya. (rif)