Warta

PBNU Tandatangani MoU Kerjasama dengan HSFI

Selasa, 13 Desember 2005 | 09:50 WIB

Jakarta, NU Online
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) yang baru saja ditimpa musibah tsunami, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tandatangani Memorandum Of Understanding (MoU) dengan yayasan Jerman, Hanns Seidel Foundation Indonesia (HSFI). Nota kesepahaman itu berisi tentang penyelenggaraan pelatihan peningkatan keterampilan guru-guru SMK (vocational school) di NAD sekaligus guru fisika dan matematika di lingkungan SMA dan MA di daerah tersebut.

Demikian penjelasan Ketua Umum PBNU, KH Hasyim Muzadi dalam konferensi pers usai penandatanganan MoU tersebut. Penandatanganan tersebut dilakukan di gedung PB NU, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat (13/12).

<>

Menurut Hasyim, kerjasama dengan HSFI itu sebetulnya sudah terjalin sejak 2 tahun silam. Hal itu bermula ketika 2 tahun lalu PBNU berkunjung ke Jerman dalam rangka membicarakan persoalan keamanan, pendidikan, pelayanan umum.

Namun, untuk awalan kerjasama ini dilakukan dalam bidang pendidikan, yakni peningkatan kualitas pendidikan di Aceh. Jika proyek itu berhasil maka akan dilanjutkan pada bidang yang lain seperti persoalan keamanan, pelayanan umum, ekonomi, dll. Hasyim berharap semua pihak dapat bekerja sungguh-sungguh dalam menyukseskan proyek tersebut.

“Saya berharap semuanya dapat bekerja sungguh-sungguh untuk Aceh, bangsa dan kemanusiaan. Jika proyek ini berhasil maka akan mendapat bantuan secara permanen,” terang Hasyim kepada wartawan usai penandatanganan MoU tersebut.

Sementara itu, Direktur HSFI, Christian J. Hegemer mengaku senang dan bangga bisa bekerjasama dengan PBNU. Menurutnya, ada 2 alasan kenapa pihaknya melakukan kerjasama dengan NU. Yang pertama, kerjasama ini ditujukan untuk membantu korban bencana tsunami Aceh. dan kedua adalah dalam rangka memanfaatkan potensi yang dimiliki dalam bidang pendidikan.

Christian menambahkan, sangat tidak bijaksana jika pihaknya mengabaikan potensi yang dimiliki NU terutama dalam bidang pendidikan. NU, menurutnya memiliki lembaga pendidikan seperti pesantren. Hal itu merupakan potensi tersendiri yang layak untuk dikembangkan.

“Sangat tidak bijaksana jika kita mengabaikan kelebihan NU, khususnya dalam bidang pendidikan,” ungkap Christian disambut tepuk tangan hadirin dalam ruangan tersebut.

Murni Bantuan Kemanusiaan

Melalui program kerjasama ini, NU akan melatih 90 guru sekolah kejuruan, antara lain jurusan mesin, komputer, kelistrikan dan tata boga. Sementara bidan studi yang lain adalah matematika dan IPA. Program ini akan dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2006 di Propinsi NAD.

Untuk mendukung program tersebut, kata Chrstian pihaknya telah mengalokasikan dana sebesar 180 ribu euro (sekitar 2 miliar). Dana tersebut akan langsung dikelola oleh PBNU dengan menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan dan akuntabilitas.

Sementara, penanganan program tersebut diserahkan kepada LP Ma’arif, sebagai sebuah lembaga di bawah naungan PBNU yang bergerak di bidan pendidikan. Untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas, PB NU melibatkan akuntan publik untuk melakukan audit.

Sementara itu, menanggapi pertanyaan wartawan tentang kenapa harus NAD yang menjadi sasaran program kerjasama itu, Hasyim menjelaskan program tersebut merupakan awalan. Jika program tersebut sukses, maka akan dilanjutkan pada bidang keamanan, ekonomi dan seterusnya.

Selain itu, program tersebut ditujukan untuk membekali kader NU yang mendapat kesempatan belajar ke luar negeri. “Program ini semacam training untuk anak muda NU yang berkesempatan sekolah ke luar negeri. Jadi, perlu di-training dulu. Karena dulu ada program semacam ini dan gagal karena tidak ada pembekalan terlebih dahulu”, terangnya.

Mengenai pilihan pendidikan kejuruan, Christian menjelaskan bahwa di Jerman pendidikan yang maju adalah model pendidikan kejuruan. Hal tersebut, kata Chritian bisa dilihat di Filipina dan Cina yang sebagian juga merupakan hasil kerjasama dengan HSFI.

“Di Filipina dan Cina pendidikan kejuruan sudah dimulai 20 tahun lalu. Hasilnya bisa dilihat, model pendidikan kejuruan telah merubah wajah kedua negara tersebut”, kata pria lulusan Universitas Munich, Jerman ini.

Lebih lanjut Christian menegaskan bahwa proyek bantuan tersebut tidak memiliki kaitan dengan unsur politik atau pun agama. “Bantuan ini murni bersifat kemanusiaan, tidak ada hubungannya dengan persoalan politik maupun agama,” tegasnya.(rif)


Terkait