PBNU: Terorisme di Indonesia Dipengaruhi Konflik Timur Tengah-Barat
Rabu, 30 Juli 2008 | 08:25 WIB
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengatakan, sejumlah aksi terorisme yang terjadi di Indonesia dipengaruhi konflik antara Timur Tengah dan Barat. Karena itu, dapat dikatakan bahwa Indonesia adalah korban terror, bukan sumber teror.
Hasyim mengatakan hal itu kepada wartawan usai pembukaan Konferensi Ulama dan Cendekiawan Muslim se-Dunia (International Conference of Islamic Scholars/ICIS) III di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (30/7).<>
"Ekstrimitas Islam di Indonesia itu, bukan orisinil Indonesia, tetapi ‘luberan’ dari Timur Tengah yang konflik dengan barat, kemudian dia mau menyerang dari sini. Jadi, Indonesia adalah korban dari teror, bukan sentral teror," terang Hasyim.
Terkait wacana pemberlakuan hukuman mati bagi pelaku teror, Sekretaris Jenderal ICIS itu menilai, semua pihak harus menghormati hukum yang berlaku di Indonesia, termasuk dalam hal pemberantasan terorisme. Ia pun menghormati keputusan eksekusi mati bagi tiga terpidana kasus Bom Bali, Amrozi dan kawan-kawan.
"Kita sendiri memang sudah mengusulkan pemberantasan terorisme harus by law (melalui penegakan hukum) bukan dengan by security (pendekatan keamanan). Jadi, harus dengan hukum. Jadi, kalau hukum memutuskan hukuman mati, ya sudah (laksanakan)," ujarnya.
Mengenai permintaan agar eksekusi hukuman mati itu dilakukan dengan cara pancung dan bukan ditembak, Hasyim menyatakan, semestinya yang berlaku adalah hukum di Indonesia dan tidak perlu mengikuti keinginan perorangan.
Dalam kesempatan itu, Hasyim menyinggung tentang konflik yang terjadi di dunia Islam akibat ketidakadilan. Menurutnya, hingga saat ini belum tampak titik terang penyelesaiannya.
"Jangan cuma menyalahkan yang lain, kadang-kadang konflik itu bersifat aksi, kadang-kadang bersikap reaksi, orang-orang Barat tidak pernah mau dikatakan ini sebagai reaksi dari serangannya dia, enggak pernah mau mereka," tandasnya.
Karena itu, lanjutnya, pada ICIS III, mudah-mudahan muncul kesadaran dan kesamaan visi dunia Islam untuk meredakan konflik itu. Sebab dalam pertemuan itu, setiap konflik akan diinventarisasi apa yang menjadi faktor penyebabnya, untuk dicari upaya penanganannya. (rif)