Saat mengunjungi Desa Bandung, Kecamatan/Kabupaten Kebumen, akan sulit melihat warganya berpangku tangan pada siang hari. Meski tetap menjalanan ibadah puasa, mereka tetap aktif dalam kesibukannya yakni memproduksi peci.
Di serambi rumah tampak para ibu-ibu dengan teliti menyelesaikan pembuatan peci. Sementara, di jalan desa yang belum beraspal itu banyak berlalu-lalang perempuan membawa kain, kertas maupun peci yang sudah jadi untuk diserahan kepada para perajian yang lebih besar.<>
Ya, begitulah suasana hiruk pikuk Desa Bandung. Pemandangan itu, tidak hanya terlihat pada waktu siang. Malam hari pun tidak jauh beda. Usai salat tarawih, mereka sebagian ada yang lembur menggarap peci mulai dari menjahit hingga penyelesaian sampai pengepakan. Baru sampai larut malam, orang benar-benar selesai dari pekerjaannya.
Desa Bandung Kecamatan/Kabupaten Kebumen dikenal sebagai sentra kerajinan peci.Sekitar 150 keluarga dari total 700 keluarga yang ada di desa itu, memutar roda perekonomian dengan menjadi perajin peci.
"Dua bulan sebelum Lebaran sudah mulai lembur, Mas," ujar Khuriyah (40) warga Bandung yang ikut bekerja kepada salah seorang perajin, Rabu (10/9).
Bukan hanya Khuriyah, Siti Haryati (40), Warga Desa Kalirejo Kecamatan/Kabupaten Kebumen juga ikut terkena berkah. Setiap hari dia datang ke Desa Bandung untuk bekerja mengesum peci-peci yang hampir jadi. Mereka dibayar borongan sesuai hasil yang mereka peroleh.
Menurut salah satu perajin peci, Tholhah (42), Ramadhan ini, terjadi peningkatan permintaan mencapai 100 persen dari hari biasa. Peningkatan itu sudah mulai terjadi pada bulan Rajab. Dengan dua orang karyawan, dalam sehari dia bisa membuat sebanyak lima kodi peci.
"Peci-peci tersebut kami pasok ke sejumlah kota di Jawa Tengah sampai pulau Sumatera," ujar Tholhah sembari menyebutkan Kitab Suci adalah merek peci produksinya.
Dia membuat berbagai model peci. Antara lain model semok, bordir, polosan, dan AC, dan pita. Harga setiap peci bervariasi sesuai dengan model dan kualitas barang. Untuk kualitas rendah harga dari perajin sekitar Rp 11.000/kodi. Ada pula yang harganya Rp 150.000/kodi.
"Sedangkan untuk kualitas super, yakni yang bahan dan penggarapannya halus bisa sampai Rp 300.000/kodi," kata Kepala Dusun Kebonsari itu seraya menyebutkan, kondisi Ramadhan tahun ini relatif lebih baik dari tahun sebelumnya.
Dia menambahkan, kondisi akan mulai normal kembali setelah bulan Syawal. Sesuai kebisaan, setelah bulan haji, kondisi bisnis peci mulai lesu sampai bulan Maulid. Setelah itu berangsur-angsur normal kembali dan pada bulan Rajab terjadi peningkatan permintaan sampai akhir Ramadhan.
"Begitu terjadi setiap tahun. Saat kondisi peci sedang sepi ada sejumlah perajin terutama yang kecil-kecil beralih memproduksi tas, topi maupun seragam sekolah," ujar Tholhah. (sm)