Pesantren Denanyar Kaji Pemikiran Aswaja hingga Sosialisme-Kapitalisme
Kamis, 4 September 2008 | 08:30 WIB
Terobosan baru dilakukan Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif, Jombang, Jawa Timur. Sepanjang Ramadhan ini, lembaga pendidikan yang lebih populer disebut Pesantren Denanyar itu menggelar beragam pengajian.
Pengajian bukan sembarang pengajian. Pasalnya, topik yang dikaji adalah khazanah pemikiran, tidak saja dalam lingkup Islam, melainkan juga di luar Islam. Disebutkan, di antaranya, Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja), Syi’ah, Wahabi, Neo-Muktazilah, dan Salafi.<>
Bahkan, dalam pengajian bertajuk “Nadwah Ilmiyah” itu terdapat pula topik seputar Atheisme, Liberalisme, Sekulerisme, Sosialisme, Kapitalisme, Islam Struktural dan Kultural, serta beberapa materi lainnya.
Kegiatan tersebut khusus diikuti para santri setingkat kelas tiga sekolah menengah atas. Tujuannya, menurut Pengasuh Pondok Pesantren, KH Wazir Aly, untuk “mendampingi” pemahaman para santri tentang beberapa gerakan pemikiran dalam Islam maupun di luar Islam.
“Sekaligus sebagai benteng atau filter bagi santri dari paham yang merongrong Islam, seperti, atheisme, liberalisme, sekulerisme, dan sebagainya,” terang Kiai Wazir—begitu panggilan akrabnya—yang juga Katib Syuriyah Pengurus Cabang NU setempat, di Jombang, Kamis (4/9). Demikian dilaporkan Kontributor NU Online, Yusuf Suharto.
Pengajian itu bukan satu-satunya agenda Pesantren Denanyar. Terdapat pula kegiatan lain, di antaranya, pengajian kitab Nashaihul Ibad dan At Tibyan, yang diikuti segenap santri di asrama-asrama pesantren Denanyar.
Salah satu pimpinan Pesantren lainnya, KH Abdus Salam Shohib, mengungkapkan, pengajian yang dikemas melalui metode dialogis itu bertujuan memperkuat tali silaturrahim, juga wahana pendalaman kajian Islam.
“Pondok Ramadhan ini diadakan karena hampir semua siswa-siswi SMK Bisri Syansuri terdiri dari para siswa-siswi yang tidak bermukim di Pesantren,” pungkas KH Mukhlis Amin, pimpinan Pesantren lainnya. (rif)