Jakarta, NU Online
Keberadaan pesantren mahasiswa untuk membekali mahasiswa dengan ilmu agama dianggap sangat penting untuk membekali mereka dengan aspek tauhid, ibadah dan internalisasi nilai-nilai spiritual sehingga mereka memiliki pengetahuan yang komprehensif.
Atas dasar itulah, KH Hasyim Muzadi mendirikan pesantren Mahasiswa Al Hikam Malang dan kini dikembangkan menjadi Al Hikam II di dekat Universitas Indonesia Depok. “Jangan sampai para mahasiswa hanya ikut pesantren kilat yang hanya dua minggu yang nantinya hanya bisa teriak “Allahuakbar” dimana-mana,” tuturnya, Selasa.
<>Hanya saja, berdasarkan pengalamannya selama ini di Malang, meskipun sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memadai seperti komputer, perpustakaan sampai dengan lapangan olah raga, tak banyak mahasiswa yang serius untuk nyantri.
“Kalau orangtuanya sangat senang anaknya mondok, tapi mahasiswa merasa hidup di dua dunia kalau masuk pesantren. Mereka merasa lebih bebas jika jadi anak kost yang gak banyak aturan,” paparnya.
Pesantren Al Hikam II di dekat UI ini dibangun berdasarkan sistem yang sudah berjalan di Malang. Kiai Hasyim berharap jika program ini berhasil, sistemnya bisa dikloning untuk mengembangkan pesantren dengan model yang sama di beberapa universitas ternama seperti di ITB, UGM, ITS dan lainnya.
Rencananya, pesantren di Depok ini juga akan mendidik para lulusan pesantren yang sudah menguasai materi agama, khususnya kitab kuning tapi belum dibuka wawasannya keilmuan umum. Menurut Mantan Ketua PWNU Jatim ini, para santri ini akan dibekali dengan filsafat keilmuan, pengenalan dan penguasaan teknologi dan komunikasi modern, pelatihan leadership sampai dengan pengembangan diskusi lintas ilmu. Di Al Hikam I, program ini dikemas dengan nama Ma’had Aly.
Sejumlah surat pembaca yang masuk ke NU Online yang datang dari para mahasiswa nahdliyyin berharap model pesantren mahasiswa ini bisa dikembangkan di universitas mereka guna mengimbangi gerakan Islam transnasional yang marak dikampusnya. (mkf)