Organisasi sosial keagamaan Nahdlatul Ulama (NU) sering hanya dimanfaatkan oleh kalangan tertentu pada waktu-waktu tertentu saja. NU hanya jadi pilihan pada saat menguntungkan.
"Pada saat pemilu orang berbondong ke NU. Saat sudah terpilih NU dilupakan. Dan pada saat sudah tidak kepakai kembali ke NU lagi. Inilah NU, untuk datang dan pergi," kata DR Ayu Sutarto dalam acara "Dialog Antar Generasi" dalam rangka Harlah Ke-82 NU di Gedung PBNU, Jakarta, Jum'at (1/2).<>
Ayu Sutarto adalah penulis buku "Menjadi NU Menjadi Indonesia" yang dibedah dalam acara dialog tersebut. Hadir sejumlah kader NU lintas generasi antara lain Mustasyar PBNU KH Muchit Muzadi, sastrawan dari Pondok Pesantren Cipasung Acep Zam Zam Nur, Politisi PPP Endin AJ Sofihara, dan Ketua Umum Muslimat NU Khofifah Indar Parawansyah.
Dikatakan Ayu, NU sering diperlakukan secara tidak fair dalam pentas politik di Indonesia terutama pada momen-momen pemilihan kepala daerah (pilkada). NU hanya diperlukan untuk pengumpulan massa.
"Pada saat pencalonan orang ke partai politik karena partai yang punya kewenangan, namun untuk pengumpulan massa NU yang dipakai," katanya.
Kiai Muchit Muzadi membenarkan, bahkan bukan dari kalangan luar saja yang memanfaatkan NU untuk kepentingan pilkada, bahkan banyak diantaranya adalah para anggota NU sendiri.
"Banyak malah yang pengen menjadi tim sukses calon dari pada menjadi calonnya. Kalau menjadi calon belum tentu jadi, tapi kalau tim sukses meskipun yang dicalonkan tidak jadi sudah sukses duluan," kata kakak kandung KH Hasyim Muzadi itu bergurau.
Khofifah Indarparawansyah menambahkan, banyaknya aktifis NU yang terjun ke dunia politik atau menjadi semacam tim sukses itu karena tidak ada pekerjaan lain selain itu.
"Mas Saiful (Saifullah Yusuf, Ketua Umum GP ANSOR: red) sering bilang kepada saya banyak para aktifis NU yang pengangguran. Maka persoalannya adalah bagaimana menyelesaikan masalah itu," katanya.
Sastarwan Acep Zamzam Nur ,e,beruncing pembiacaraan. Katanya, kecenderungan politik NU itu tidak hanya berurusan dengan pilkada.
"Bahkan koferensi NU disemua tingkatan sekarang mirip dengan pilkada. Ada tim suksesnya juga," kata putra almarhum KH Ilyas Ruhiyat itu.
Beberapa ketua PBNU hadir dalam dialog antar generasi itu, antara lain KH Said Aqil Siradj, H Abdul Aziz Ahmad dan Fajrul Falakh. Ketua PP Lajnah Ta'lief wan Nasyr Abdul Mun'im DZ dan Ketua PP Lesbumi Sastro el-Ngatawi juga menghadiri dialog itu.
Dialog antar generasi dalam rangka Harlah Ke-82 NU itu dipandu oleh Umum PP Lakpesdam NU Nasihin Hasan, dan dihadiri hampir semua perwakilan pengurus lembaga, lajnah dan badan otonom di lingkungan NU. (nam)