Warta

Sastra Al-Quran Tak Tertandingi Jenis Sastra Lainnya

Senin, 15 September 2008 | 10:29 WIB

Tegal, NU Online
Sastra Al-Quran hadir dalam bentuk puisi (syair) maupun novel (hikayat). Al-Quran telah memberi warna dan karakteristik yang tak tertandingi dalam kesusastraan dunia. Karena itu pulalah, ia disebut mukjizat terbesar.

Pendapat tersebut diungkapkan Ust Akrom Jangka Dausat dalam Dialog Ramadhan di Riez Palace Hotel, Kota Tegal, Jawa Tengah, Ahad (14/9) kemarin.<>

Secara kultural bangsa Arab pada masa jahiliyah, terkenal sebagai pecinta syair. “Bahkan, sebagai puncak pengakuan dipilih, Mu’allaqoh atas karya dan kualitas penyair dengan memampangkan karyanya di dinding Kakbah,” ujar Akrom.

Untuk menandingi para sastrawan Arab itu, Islam datang dengan Al-Quran yang bergaya bahasa sangat tinggi dan indah. Sentuhan-sentuhan syair-syair Arab pun akhirnya terpatahkan Al-Quran. Terbukti, tak seorang sastrawan Arab pun yang mampu membuat satu surat dari Al-Quran yang tingkat kesulitannya lebih rendah sekali pun.

Tak heran jika Al-Quran menjadi pijakan wacana ideal karya sastra dan mengekspos diri sebagai sastra religius (Islami). Bila karya sastra terkadang diasumsikan sebagai representasi dan ekspresi isi jiwa pengarang, maka sastra Al-Quran adalah kualitas dan kapabilitas seseorang dalam berdialog dengan Tuhan.

Namun, nilai sastra Al-Quran sangat elastis. Sehingga ia terjangkau oleh semua tingkat logika sesuai dengan kekuatan dan jauhnya muara logika itu. “Pasalnya, Al-Quran menjadi transfer bahasa Tuhan ke dalam bahasa manusia, karena sesungguhnya Al-Quran diciptakan untuk manusia,” pungkasnya. (was)


Terkait