Lembaga Mitra LAZISNU di Palestina Jelaskan Kondisi Terkini Gaza hingga Kendala Pendistribusian Bantuan
Selasa, 30 Januari 2024 | 18:30 WIB
Warga Gaza, Palestina, tengah mengantre untuk memperoleh air bersih yang disalurkan LAZISNU melalui lembaga mitra, Althoure-Silwan Women Center. (Foto: dok. LAZISNU PBNU)
Jakarta, NU Online
NU Care-LAZISNU PBNU terus menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk rakyat Palestina, yang salah satunya dilakukan melalui mitra di Yerusalem, Palestina, yaitu Althoure-Silwan Women Center (AWC), sebuah lembaga yang berfokus pada penanganan perempuan serta anak-anak korban konflik Palestina.
Direktur Eksekutif AWC Abeer Zayyed dalam laporannya mencatat, total 13.000 warga Palestina telah menerima bantuan NU Care-LAZISNU PBNU yang disalurkan melalui AWC dalam dua tahap, pada November 2023 hingga Januari 2024. Penerima bantuan kemanusiaan itu tersebar di sejumlah wilayah yaitu di Jabalia daerah utara Gaza, Khan Younis di Gaza Selatan, Tepi Barat, dan Yerusalem.
Pihaknya pun menjelaskan situasi dan kondisi terkini hingga sejumlah kendala dalam proses pendistribusian bantuan kemanusiaan yang dilakukan kru AWC. Kontributor NU Online, Wahyu Noerhadi, berkesempatan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada Direktur Eksekutif AWC, Abeer Zayyed. Berikut petikannya.
Bagaimana situasi dan kondisi terkini di Gaza, dan daerah sekitar seperti di Yerusalem?
Di Gaza, keadaan saat ini sangat sulit. Ada peningkatan jumlah pengungsi yang tinggi dan peningkatan jumlah orang yang kehilangan kebutuhan dasar untuk hidup seperti makanan, pakaian, dan rumah. Sebagian besar pengungsi sekarang berada di Rafah. Populasi Rafah sebelumnya sekitar 300 ribu jiwa, sekarang ada lebih dari 1,5 juta orang yang sebagian besar dari mereka adalah pengungsi.
Selain itu, ada permintaan yang tinggi untuk bantuan berupa popok, susu, dan apa pun yang berkaitan dengan kebutuhan anak-anak dan wanita yang menyebabkan kenaikan harga barang-barang tersebut. Banyak sekali orang di Gaza yang terluka parah, tidak ada metode dan alat untuk mensterilkan luka; tidak ada obat bius dan penghilang rasa sakit.
Di Yerusalem, pengepungan terus menerus dilakukan oleh pasukan Israel, terutama di Kota Tua Yerusalem. Hampir setiap hari orang tidak diizinkan memasuki Kota Tua, kecuali orang-orang yang tinggal di sana. Jumlah tahanan Palestina dan warga sipil yang terluka juga meningkat.
Bagaimana kondisi permukiman, rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum di sana?
Di Gaza, semuanya dibom dan dihancurkan. Tenda-tenda para pengungsi yang menjadi tempat berlindung utama mereka berada dalam kondisi yang sangat menyedihkan. Hampir semua orang menjadi tunawisma sekarang, dan banyak dari mereka yang tidur di jalanan. Tanpa alas.
Di Yerusalem, sekolah-sekolah otoritas Palestina menghadapi kesulitan dalam proses pendidikan. Pasukan Israel terus menerus menargetkan dan menahan para guru dan siswa untuk berhenti mengajarkan kurikulum sekolah Palestina. Sedangkan untuk rumah sakit, satu-satunya rumah sakit Islam adalah rumah sakit Al-Maqased, di mana banyak mesin yang rusak seperti mesin cuci rumah sakit yang sangat penting bagi rumah sakit.
Adapun permukiman, dalam konteks pendudukan Israel di Yerusalem, permukiman ada untuk tujuan utama mencuri tanah Palestina. Saat ini permukiman tersebut semakin meluas dan meningkat. Itulah sebabnya mengapa ada pembongkaran rumah Palestina yang sedang berlangsung dengan kecepatan satu rumah setiap minggunya.
Bagaimana kondisi para pengungsi? Apa saja yang menjadi kebutuhan utama bagi mereka?
Para pengungsi Gaza, khususnya di Rafah sangat membutuhkan kebutuhan dasar untuk hidup, seperti makanan, air, kasur, selimut, bantal, peralatan dan perlengkapan kebersihan, perlengkapan kebersihan wanita, dan yang terpenting tenda.
Kendala atau hambatan apa saja yang dihadapi tim AWC selama proses pendistribusian bantuan?
Di Gaza, tim kami di kamp Jabalia, daerah utara Gaza telah dibom. Di Khan Younis, Gaza Selatan rumah-rumah anggota tim kami telah dibom, mereka menjadi pengungsi di Rafah. Kendala lain adalah kehilangan koneksi secara terus menerus di seluruh wilayah Gaza. Selama proses distribusi di Biddu, Yerusalem mereka dikepung oleh pasukan Israel yang menyebabkan kesulitan untuk mencapai daerah tersebut.
Selama proses distribusi di Al-Eizariya, Yerusalem pasukan Israel menyerang daerah tersebut, mereka menembakkan peluru ke penduduk setempat, dan mereka menutup daerah tersebut dengan pos pemeriksaan militer.
Adakah pernyataan dari para penerima manfaat atas bantuan yang diterima?
Mereka semua sangat bersyukur. Mereka bersyukur dan berharap bantuan terus berlanjut. Mereka menyampaikan terima kasih dan rasa hormatnya kepada lembaga yang bertanggung jawab atas bantuan tersebut, NU Care-LAZISNU.
Bagaimana tanggapan dari pihak AWC atas kerja sama pendistribusian bantuan kemanusiaan, yang sudah dilakukan dalam 2 tahap?
Althoure-Silwan Women Center (AWC) berterima kasih atas kerja sama yang bermanfaat ini, yang telah membantu lebih dari 5.000 orang di berbagai wilayah Palestina. Pada tahap kedua ini, bantuan kemanusiaan diberikan di Jalur Gaza, Yerusalem, dan Tepi Barat.
Rakyat Palestina merasakan kehangatan, kedermawanan, dan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap Palestina. Meskipun mengalami kesulitan yang besar, kru kerja berhasil melaksanakan program tahap kedua ini dengan sukses. Alhamdulillah. (*)