Wawancara

Muhaimin: Khittah Harus Dimaknai Sebagai Kerja yang Lebih Produktif

Rabu, 16 September 2009 | 06:09 WIB

Menjelang Muktamar ke-32 NU Januari 2010 mendatang, persoalan khittah atau kembalinya peran NU sebagai organisasi sosial kemasyarakatan kembali dibicang. Khittah selama ini masih multitafsir yang menyebabkan perdebatannya belum usai sampai sekarang.

Tak jarang, khittah digunakan oleh kelompok yang berseberangan atau fihak di luar NU untuk menuduh fihak lain yang tidak satu kepentingan politik telah melanggar khittah. Energi yang seharusnya untuk hal-hal yang lebih produktif akhirnya masih berkutat pada permasalahan yang sudah berlangsung selama 25 tahun ini.
<>

Pelaksanaan khittah NU juga berpengaruh terhadap eksistensi PKB, lalu bagaimana PKB memaknai dan melihat khittah NU, berikut wawancara Achmad Mukafi Niam dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar di kantor redaksi NU Online, Ahad (6/9).

Sebagai partai yang dilahirkan oleh PBNU, bagaimana PKB  mensikapi khittah NU?

Khittah harus dimaknai sebagai kerja yang lebih produktif, menjadi organisasi yang bergerak dalam wilayah sosial kemasyarakat yang lebih aktif, dalam arti khittah tidak berpolitik praktis. Makanya mengapa NU melahirkan PKB pada tahun 1998, tidak menjadi partai politik, agar PBNU tidak kehabisan energi dalam dunia politik, tetapi fokus untuk implementasi khittah itu.

Paling tidak ada tiga pilar kiprah NU, pertama dakwah Islamiyah, kedua pendidikan kemasyarakatan, ketiga peningkatan ekonomi masyarakat. Semua rintisan sudah ada. Zaman Gus Dur, PBNU membuat perbankan, BPR, retail trading dan lainnya. Sekarang, Indonesia yang dalam konsolidasi ekonomi, usaha perdagangan sudah cukup bagus. Dari situ sebetulnya dapat dilakukan kaderisasi dalam bidang ekonomi, sosial keagamaan, pendidikan dan dakwah Islamiyah. Itu kerja NU, khittah ya di situ.

Soal hubungan dengan partai politik, NU netral, dalam arti secara normatif, tapi dalam tataran praktis, NU bisa langsung minta tolong PKB dalam konteks pemerintahan, wong pemilu 2009 kemarin, PBNU tidak ngewangi (membantu) langsung di lapangan, ini sudah khittah. Bagi kita juga tidak ada masalah, yang penting fungsional dan produktif, saling menghormati dan mendukung. PKB lahir untuk mendukung perjuangan NU, tentu PKB akan sepenuhnya bekerja untuk NU. Disitu NU akan terselamatkan sementara PKB akan meneruskan perjuangan politik NU. Itulah makna khittah yang sesungguhnya.

Menyangkut kinerja, kita harus melakukan evaluasi total dalam muktamar NU mendatang dengan tuntutan praktis profesional dalam pengelolaan organisasi dan manajemen keummatan. Mana ada NU ngurusi serius dakwah keummatan, ini kan diserahkan langsung pada masyarakat dan pesantren. Makanya bisa dikategorikan tidak terkonsolidasi, masjid tidak diurus, zakat tidak diurus, pendidikan jalan sendiri-sendiri. ini tidak boleh terjadi lagi, NU ke depan harus dikelola secara modern dan profesional dan bermanfaat langsung kepada masyarakat. Kami siap memback up langsung dalam peran pemerintahan dan politik.

Di antara pengurus NU sendiri belum satu sikap tentang khittah?    

Ini kan mental individual, genit, kalau sudah memilih berperan di NU harus sepenuhnya bergerak dalam dunia politik lebih tinggi, bukan politik praktis, dalam arti pemberdayaan dan penguatan masyarakat, bukan politik dalam arti sempit. Sudahlah, urusan politik serahkan PKB, nanti dicek saja, nagih agenda politik mana yang paling mudah, pasti ke PKB. Nagih agenda politik ke partai lain sampai capek tak akan berhasil. Karena itu, kalau sudah full jadi pengurus NU, ya tidak boleh ke politik praktis. Yang lebih makro atau lebih tinggi, yang masih ingin berpolitik ya sudah ikut partai saja. Tapi kalau di NU, bergerak di dunia kekuatan sosial kemasyarakatan.

Menurut saya, jangan lagi memperdebatkan khittah dalam hubungan dengan partai politik. Kita harus mengembangkan dakwah Islamiyah, sosial kemasyarakatan dan ekonomi. 200 trilyun dana pendidikan sudahkan sesuai sasaran, sudahkan NU terlibat, sudahkan NU mengambil peran yang lebih luas dalam masyarakat. Itu muktamar yang akan datang harus evaluasi kehadiran NU.

Sekarang di sebagian kota, orang nga tahu, apa itu NU. PKB-PKB sajalah, kita nga faham itu NU. Itu bukan hanya di Jawa, atau dakwah Islamiyah NU tidak dikelola dengan professional.

Masih ada anggaapan PKB kurang mendukung program NU?

Kalau PBNU kan policy, kalau mau tahu program dukungan PKB dan ada tiga level, pertama, pada tingkat pembuatan UU, program pemerintahan sama anggaran dan ketiga dalam menumbuhkembangkan kinerja NU. Kalau di tingkat cabang, kita sudah sinergi. Di luar Jawa kita bahkan sudah menghidupi NU. Yang disebut kurang kontribusi mungkin pada wilayah individual kali. Kalau di Jakarta, apa coba yang mau dibantu. Program PKB misalnya mendorong APBN untuk pesantren, mendorong untuk APBD. Ya mungkin di PBNU yang terpenting adalah koordinasi.

Apa kesulitan dalam koordinasi?

Nga ada masalah, hanya persamaan pandang soal bentuk kiprah langsung ke masyarakat, kebijakan, kalau dalam arti sumbangan rutin, kita tidak besar, tapi yang disebut kontribusi kan bukan itu saja. Dan sekarang harus di rubah cara fikirnya. Di Jakarta, antara PBNU atau DPP harus dalam upaya policy dan penguatan pada level di bawahnya.

Turunnya suara PKB juga mempengaruhi posisi NU, ini bagaimana?

Semua tahulah, pada pemiu 2009 ini, ini pemilu yang paling sulit bagi semua partai, semua turun kecuali Partai Demokrat. Apalagi PKB juga mengalami konflik yang tiada henti. Ini juga pelajaran bagi PKB, tidak boleh lagi ada konflik, PKB harus menyadari itu. Tapi semua partai juga mengalami konflik dan semuanya mengalami penurunan. Makanya PKB bertekat menjadi partai yang rasional, modern dan tidak ada konflik. Tapi Alhamdulillah, selagi kita bekerja keras masih bisa kita atasi.

Khittah kan juga mengurangi potensi suara NU di PKB?   

Kalau kita konsisten kan satu-satunya partai yang dilahirkan secara resmi oleh PBNU adalah PKB, waktu melahirkan PKB kan pakai SK PBNU. Saya menjadi tim didalamnya, Ini sejarah yang tak bisa dihapus.

Yang paling penting sekarang kan hubungan fungsional, produktif. Khittah sudah tidak lagi membicarakan hubungan netral dengan PKB atau tidak, yang terpenting sejauh mana kontribusi hubungan PKB dengan NU, sejauh mana hubungan NU dengan masyarakat, sudah nga ada membahas hubunganya politik atau non politik.

Berarti muktamar ke depan harus membahas langsung pada upaya kontribusi NU pada masyarakat?

Tiap tahun membahas khittah membikin NU ketinggalan, yang harus dibahas sejauh mana kontribusi NU terhadap masyarakat seperti jayanya pada waktu dahulu. (mkf)


Terkait