Wawancara

Pagar Nusa: Pencak Silat Harus Go Internasional

Senin, 5 September 2016 | 11:02 WIB

Pertengahan bulan Agustus tahun ini, Pimpinan Pusat Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa sukses menggelar Kejuaraan Nasional (Kejurnas) dan Festival pencak silat yang kedua kali di Padepokan Pencak Silat Indonesia Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Kegiatan tersebut diikuti 17 kontingen yang merupakan Pimpinan Wilayah Pagar Nusa di seluruh Indonesia.

Pada kegiatan tersebut, Jawa Timur kembali memboyong gelar juara umum. Kontingen Jawa Timur mendominasi di seluruh kelas, golongan, dan kategori. Jawa Timur memang layak juara karena mereka dinilai paling siap dan mengikuti seluruh pertandingan dan festival.

Bagaimana perkembangan kemampuan atlet Kejurnas dan Festival pencak silat di Pagar Nusa ini? Bagaimana kendalanya baik secara organisasi maupun pelatihan. Untuk mengetahui itu, Abdullah Alawi dari NU Online mewawancarai Ketua Harian Pimpinan Pusat PSNU Pagar Nusa Taufik CH. Berikut petikannya:   

Sebetulnya buat apa Pagar Nusa capek-capek menggelar Kejurnas dan festival pencak silat ini?  

Kejurnas dan Festival Silat Pagar Nusa ini digelar dengan bermaksud membangun sinergisitas generasi muda NU, khususnya yang tertampung di Pagar Nusa dalam satu suasana silaturahim yang penuh kekeluargaan, disamping sebagai ajang pembuktiaan dari proses latihan para atlet pencak silat Pagar Nusa. Karena dari masing-masing perguran di Pagar Nusa ini kan mereka aktif berlatih secara rutin.

Tapi kalau mereka tidak diberi ajang pembuktian, ajang aktualisasi diri, mereka akan menjadi malas dan lesu, dan mereka menjadi tidak memiliki target dalam proses latihan. Maka dengan Kejurnas ini dan festival di amping nuansa silaturahim sebagai tujuan utama, juga sebagai ajang pembuktian bahwa memang memiliki kader-kader sektor beladiri pencak silat ini yang mumpuni.

Ada target lain?

Lebih jauh target kita adalah membangkitkan khazanah budaya bangsa agar pencak silat mampu berbicara tak hanya di forum regional, nasional, tapi lebih jauh juga bicara forum internasional.

Nah ini, Pagar Nusa punya kepedulian, orang Jawa bilang kita menguri-uri (melestarikan) budaya adiluhung tinggalan para kiai, para sesepuh yang harus dipertahankan keberadaannya sampai di penghujung kehidupan. Kalau kita warga Indonesia di forum internasional, mau bicara apa kita? Bicara teknologi, kita jauh dari negara Jepang. Tapi kalau bicara budaya masa budaya juga kalah. Masa kita kalah di segala sektor. Terus mau apa kita sebagai bangsa.

Maka Pagar Nusa mempunya kepedulian untuk itu. Pencak silat sebagai beladiri khas Indonesia yang harus go internasional. Saat ini belum dipertandingkan di tingkat internasional. Baru Sea Games (tingkat ASEAN). Kalau masuk ke Olimpiade harus separuh negara peserta olimpiade harus memiliki atletnya dalam bidang pencak silat. Menteri Olahraga mempunyai kepedulian untuk mempopulerkan pencak silat di berbagai negara, harus kita dukung itu.

Dari sisi kualitas, berkaca dari Kejurnas 1 dan kali ini, skill atlet Pagar Nusa di tingkat nasional itu bagaimana?

Atlet-atlet Pagar Nusa sudah cukup mewarnai, baik tingkat di nasional maunpun di forum internasional. Salah satu atlet Pagar Nusa dari Jawa Tengah, atlet kita, Pagar Nusa yang bernama Febria, itu juara I tingkat nasinal yang diselenggarakan IPSI. Sementara di tingkat internasional runner up di Malaysia. Terus ada juga yang laki-laki dari Banyumas runner up juga di Thailand.

Dari sisi partispasi peserta dan kontingen, dari Kejurnas pertama dibanding sekarang sekarang kan bertambah, apa faktornya?

Pertama karena adannya konsolidasi organisasi. Jadi, kita membentuk cabang-cabang di setiap wilayah yang ada. Walaupun belum menyeluruh pengurus wilayah Indonesia ada Pagar Nusa, tapi sekurang-kurangnya ada 17 provinsi yang aktif. Ini mengalami peningkatan dari Kejurnas sebelumnya yang diikuti 14 provinsi.

Kendalanya apa sehingga dalam 5 tahun hanya bertambah 3 kontingen?  

Kendala utama di kita adalah miskinnya pelatih. Maka Pimpinan Pusat, beberapa bulan yang lalu, setengah tahun lalu, mengadakan training of trainers, latihan pelatih untuk menambah, memperkaya kuantitas atau memperkaya jumlah. Ini akan kita galakkan terus pelatihan pelatih, pelatih an wasit dan juri untuk memperkaya secara kualitatif di kalangan Pagar Nusa sesuai aturan IPSI.

Ini wasitnya dari Pagar Nusa semua atau IPSI?

Separuh-separuh.

Lalu bagaimana Pagar Nusa di luar 17 provinsi tersebut?

Ada kepengurusan. Jadi kadang-kadang kita mendahulukan organisasi atau pelatihannya. Maka kita kadang lebih banyak memilih pelatihan dulu. Baru setelah pelatihan ada, organisasinya. Sebetulnya sudah ada, tapi belum terbentuk organisasinya. Dan nyatanya apa, ketika ada event-event di tingkat nasonal, banyak provinsi-provinsi bukan dari Pagar Nusa, tapi ngontrak atlet Pagar Nusa. Ini contoh kasus. Periode ke depan, tugas kita adalah melengkapi cabang dan menggalakkan pelatihan. Tapi ini butuh proses karena tidak murah dan simpel.

Bisa diceritakan lebih khusus, bagaimana geliat Pagar Nusa di daerah?

Ada contoh menarik di Jawa Tengah. Pagar Nusa di Jateng masuk sekolah dan pesantren. Caranya bagaimana, guru-guru olahraga Ma’arif, kita latih sebagai calon guru pencak silat. Ini dipayungi MoU Pagar Nusa dan Ma’arif pusat. Pagar Nusa melatih guru-gurunya terlebih dulu, lalu ke siswa-siwa. Di Jawa Tengah sudah berjalan nanti akan dikembangkan di Jawa Timur, Jawa Barat sehingga tidak terjadi sekolah NU, tapi belajar silat dari kelompok lain.

Lalu bagaimana minat siswa-siswinya itu?

Minat sebetulnya cukup tinggi. Supaya mereka semakin tertarik kita akan dipergiat menggelar kejuaraan-kejuaraan Kejurda, mengikuti kejuaraan yang digelar IPSI atau organisasi lain. Tapi untuk Pagar Nusa dipatenkan satu periode sekali, 5 tahun sekali. Kejurda dua tahun sekali. Tapi untuk Kejurda belum semuanya mampu, yang ada baru Jateng, Jatim, Yogya, Riau. Jawa Barat pun belum bisa.  

Apa harapan Pimpinan Pusat bagi atlet dan dan kontingen yang mengikuti Kejurnas dan Festival ini?

Harapannya mereka mengambil pengalaman, pertama tata keorganisasian. Mereka harus segera menata dan melakukan konsolidasi internal, menyusun kelengkapan kepengurusan di tingkat kabupaten. Terus setelah itu, meningkat ke pelatihan. Kita punya pedoman pelatihan. Ini harus dikawal pelatih yang bersertifikat. Gairahkan para peserta ini dengan event-event itu sebab orang latihan terus tanpa kejuaraan, atlet akan malas, tidak ada prestasi. Meski sekadar dapat piala, itu kan ada kebanggaan, disamping jangan lupa bisa harus memberikan andil di tingkat daerah mengisi kekosongan IPSI di daerah, kita kontribusi ke sana.



Terkait