Wawancara

Peningkatan Kualitas Guru, Sistem, dan Motivasi

Jumat, 4 November 2016 | 04:01 WIB

Selama lima tahun, Ketua Umum Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) KH Asep Saifuddin Chalim mampu membawa organisasinya sejajar dengan banom NU yang lebih aktif lebih dahulu. Ketika ia memulai memimpin lima tahun lalu, organisasi tersebut tidak memiliki cabang sama sekali. Namun saat ini, dibawah kepemimpinannya tidak kurang 500 cabang telah terbentuk di 34 provinsi.

Tak hanya itu dibawah kepemimpinannya melakukan lompatan yang tidak dilakukan banom lain. Pergunu memberikan beasiswa kepada guru-guru untuk meningkatkan kapasitasnya. Sementara kepada murid-murid, melalui cabang-cabang Pergunu di seluruh provinsi juga diberikan beasiswa. 

Tak heran kemudian kiai yang merupakan keturunan dari KH Abdul Chalim Leuwi Munding, Majalengka, salah seorang pendiri NU, ini kembali terpilih untuk lima tahun ke depan. Terpilih secara aklamasi bahkan. 

Bagaimana resep keberhasilan Kiai Asep memimpin Pergunu? Bagaimana pula dia berhasil membawa pesantrennya, AManatul Ummah, menjadi favorit orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya? Berikut petikan wawancara Abdullah Alawi dari NU Online dengan Kiai Asep bulan puasa lalu.  

Bagaimmana resep memimpin Pergunu?

Kita harus mencari yang bisa menolong untuk terwujudnya sebuah keberhasilan. Karena memang Al-Qur’an menyebutkan, haruslah kamu untuk saliing banu membantu dalam kebaikan. Tentu saja kalau saya sendirian kan tidak mungkin. Oleh karena itu kita dibantu oleh Pak Akhsan (Wakil Sekretaris Pergunu) subhanallah, dibantu Allah kemudian saya bisa dekat dengan Pak Akhsan, dengan Kiai As’ad, dengan Kiai Mun’im, itu Allah, tetapi konsepnya kita memang harus bisa yang membantu wata’awanu ‘alal birri wat taqwa wala ta’awanau alal itsmi wal ‘udwan, sehingga terealisir. 

Tetapi memang harus disertai dengan keikhlasan karena dengan keikhlasan itu akan mewujudkan keberhasilan. Ikhlas di dalam berbuat sama dengan tubuh yang ada nyawanya. Ketika tubuh itu punya nyawa, maka tubuh itu akan menghasilkan produk. Tetapi ketika tubuh itu tidak bernyawa, maka akan menghasilkan karung goni. Tidak mungkin karung goni menghasilkan produk. Manusia memiliki tubuh yang bernyawa akan menghasilkan prodak. Ikhlas itu berdoa maksimal, kita mengeluarkan dana ikhlas. Tidak memikirkan sama sekali apa yang dikeluarkan itu. 

Dari 500 cabang dan 34 wilayah apa itu melebihi target dari kepemimpinan Pak Kiai atau masih ada target lain? 

Ya masih di bawah target. Targetnya seluruh cabang, secara keseluruhan. Kalau 500 kan masih ada yang terisisa. 

Bagaimmana target dari sisi kualitas baik struktur maupun guru-guru NU?

Jadi, memulai organisasi harus dipikirkan lebih dulu adalah konsolidasi organiasi, ya pembuatan cabang-cabang itu. Lalu setelah itu melangkah. Melangkah itu dengan motivasi, dengan mesin. Mesinnya itu motivasi.

Kalau di Pergunu itu motivasinya apa? 

Motivasinya itu langkah-langkah kemudian di sana, yang lain-lain itu juga meniru. Misalnya kita memberikan beasiswa, kedengaran, s1 s2, s3. Kemudian sekarang seluruh provinsi tidak terkecuali, mereka diberi beasisiwa, real. Kemudian atas nama NU kita memberikan beasiswa ke 20 negara. Itu kan kemudian akan pasti secara teori merangsang yang lain-lainnya berbuat. Kemudian hasilanya jauh gemuruhnya Pergunu dengna PGRI. Ini mudah-mudahan dilanjutkan generasi-generasi berikutnya. Lebih bisa mengembangkan. 

Lebih khusus, bagaimana cara menggerakkan orang-orang dalam satu cita-cita di NU? 

Kita memberikan motivasi menjelaskan secara detail tentang visi-visi kita, langkah-lngkah konkretnya. Mereka akan tertarik sekali. Misi kita dua. Ahlussunah wal-Jamaah, Indonesia yang adil dan makmur. Itu visi kita. Mereka kemudian tergerak dan kita ya harus melangkah. Di tengah kesibukan saya, saya datang ke Padang, saya Sulawesi, Kendari, NTB.

Bagaimana cita-cita besar selama kepemimpianan? 

Nanti begini, bahwa dengan adanya peningkatan kualitas guru-guru NU, maka konsep-konsep besar akan dikeluarkan oleh mereka. Dan juga mudah-mudahan sekolah-sekolah Ma’arif akan ditangani oleh guru-guru yang profesional. Dan nanti akan kompetitif. Dan terlalu mudah karena ada contoh. Contohnya Amanatul Ummah. Hari ini yang diterima di Fakultas Kedokteran Negeri itu sudah ada 16. Tiga di antaranya beasiswa. Sebentar lagi 18. Kalau menunggu hasil SPMBTN it bisa di atas 50. Untuk tahun ini. Kalau dari tahu-tahun sebelumnya sudah ratusan. Yang ke Eropa ada 40 tahun ini, Jerman, Belanda, Rusia, Finlandia, Prancis, Inggris. Ke Timur Tengah ada 25, lulus semua. 

Ada ada anak yang lulus datang dengan ayahnya. Mereka sedih sekali harus menyiapkan untuk transport, tidak punya ongkosnya, bisa gagal kalau. Saya pinjamkan. Dan yang ke Eropa juga begitu. Jaminannya saya. Diberi langsung. Itu baru kedokteran. Teknik Informatikanya banyak, ITB ada, Ikatan –ikatan dinas, STAN, STIS, Telkom, itu banyak. Dan seratus persen diterima di Perguruan tinggi. Kenapa sih karena kita punya sistem. Nah, ini kalau udah ada contoh kenapa tidak bisa kan tinggal mencontoh.

Sebuah ketentuan akan beredar ketika ada penyebabnya. Ketika penyebabnyya ada, ya akan terwujud. Ketika penyebabnya tidak ada, ya tidak akan terwujud. Setiap saat saya senang sekali ketika saya disuruh untuk membedah Amanatul Ummah dimana karena itu sebuah cita-cita saya jika berhasil, menjadi referensi bagi yang lain. Mudah-mudahan. Dan sudah ada yang menyatakan maju setelah menimba ilmu di Amanatul Ummah. Itu ada di Yogya. Setelah menimba sistem-sistem di Amanatul Ummah. 

Sebab ada haditsnya man allama ilmman allamallahu man la ya’lam. Ketika kita memberikan ilmu kepada orang, mmakka Allah akan memberikan ilmu baru kepada orang tersebut. Jadi nanti saya akan banyak inspirasi lagi. 

Pergunu terkait dengan murid, terkait dengna regenerasi. Pak kiai, arti pentingnya aktivasi Pergunu apa? 

Saya membangun Amanatul Ummmah, sampeyan bisa liihat untuk mewujudkan manusia yang unggul, utuh, berakhlakul karimah guna kejayaan kaumm muslimin, kemulian bangsa Indonesia. Nah, itu kalau tidak dikembangkan dalam sekala besar kan berat. Saya hari ini sudah mengeluarkan 1000 lebih lulusan SLTA, Aliyahnya 690. SMA-nya 300. Itu kan masih kecil skalanya. Tetapi kemudian ketika kita memotivasi guru-guru, seluruh Indonesia, ada sarana-sarana untuk pemberian motivasi kan lebih cepat. Ketika saya diberikan kesempatan di Pergunu, saya berarti akan mengembangkan cita-cita luhur di Amanatul Ummah 

Dalam mengelola Pergunu, selain cita-cita, pasti ada kendala, bagaimmana menanganinya?

Ya dianggap saja tidak ada kendala. Kecil-kecil ya sudah berlalu begitu saja. Hal yang menyedihkan harus segera lupa. Ya tak ada kendala. Kita dengan semua baik-baik. 

Terkait lulusan Amanatul Ummah, caranya bisa seperti itu bagaimana mendidiknya?

Amanatul Ummah itu secara sarana dan prasarana untuk menjadi sesuatu yang hebat itu belum memadai. Tapi saya tidak pernah gusar dengan sarana. Dulu itu, kelas pun di bawah tenda sekitar 2006, 2008 masih di rumah-rumah penduduk, kelasnya masih di mushala. Awalnya 49 pada 2006 terus berkembang, tapi saya mempunyai dua andalan bahwa memang yang paling penting dari seluruh proses keberhasilan, yang paling penting guru. Andalannya adalah guru yang baik dan sistem. 

Guru yang baik itu bagaimana dan sistem yang baik itu bagaimana? 

Ya guru yang bisa mempertanggungjawabkan keberhasilan. Kalau sistemnya yang secara rasional yang kompetitif, yang secara rasional bisa mewujudkan keberhasilan. Misalnya di sini, sekolah yang enam semester, kita selesaikan 5 semester. Yang satu semester dibuat untuk remidi, latihan-latihan dan lainn sebagainya. Kemudian anak itu jangan dilepas sampai Unas, diantarkan terus sampai SMBTN, mau kemana mereka kepingin, kemana mereka bercita-cita, diantarkan. Informasi-informasi kita cari tidak mereka yang mencari.

Ketika informasi-informasi kita menang, itulah sebuah kelebihan. Hebat-hebatnya sebuah lembaga pendidikan pasti kan susah juga untuk maju. Terus nomor dua, motivasi, tidak boleh pernah berhenti dari motivasi sebab yakin saya kalau tanpa dimotivasi, mungkin lebih dari separuh anak-anak di sini tidak meanjutan pendidikan, tidak akan berani melanjutkan pendidikan ke tempat yang jauh-jauh, ke Jakarta, apalagi ke luar negeri. Tapi karena motivasi mereka tidak hanya ke Jakarta, ke luar negeri pun berani. Itu sudah sejak berdirinya sudah begitu, sudah banyak ke Timur tengah. Kalau ke Eropa baru tiga tahun yang lalu. 

Murid-murid ini apakah diseleksi sebelum masuk atau semua masuk kemudian dimotivasi menjadi anak seperti itu?

Seleksi ada memang,tapi tidak ketat dan disalurkan. Ii misalnya di sini ada MBI Madrasah Bertaraf Internasional, tidak diterima di MBI, disalurkan ke lembaga yang lain. Ketika disalurkn ke lembaga yang lain mereka tidak ditarik untuk daftar ulang, tidak. Kalau ditarik untuk daftar lagi, kentara sekali mencari uang pendaftaran orientasinya, tidak usah sehingga kemudian tidak terlalu apatis, tidak terlalu apriori orang melihatnya. Bolehlah ada yang tidak diterima, tpi jangan banyak-banyak. MBI itu banyak menolak akrena animonya jauh dari kapasitas. Sekitar 2/3 ditolak, tapi saya punya kebijaksanaan disalurkan ke lembaga yang lain, tanpa harus mengeluarkan uang pendaftaran. Di penyaluran ini sepanjang mereka itu mau mesti diterima. Keberhasilannya dipertanggungjawabkan sama. 

Soal remaja yang selalu dikaitkan dengan kenakalan?

Jika kita harus berpersepsi bahwa anak yang nakal itu memiliki keinginan untuk baik. Potensi ini harus dimuncullkan. Potensi ingin baik itu harus dimunculkan. Ketika kemudian mendominasi, mengalahkan kenakalannya, ya akan menjadi baik. Kita harus menyadari semacam itu. 

Dari paparan yang tadi itu, dari cita-cita, praktik, pemikiran dan guru, bagaimana proses menemukan pemikiran itu?

Saya jujur, semuanya dari pengalaman, pengalaman yang harus saya baca. Kalaupun saya mendapatkan reperensi, tapi itu bukan dari buku, saya dapat reperensi dari pemikiran-pemikiran orang lain, kemudian saya analisa sebab yang namanya ilmu itu adalah sesuatu yang terlontar dari orang-orang bijak, itu ilmu. Jujur dalam Al-Quran menyebutkan, wal tandur ma qoddamat lighad, seseorang harus melihat perjalanan masa lalunya, ditelaah kemudian dijadikan referensi menghadapi ke depannya. 

Ilmu itu sendiri kesimpulan-kesimpulannya itu sendiri kan trial an error wrong, dan kemudiian menjadi benar, dan Al-Qur’an mengatakan begitu. Ya tetapi memang sebetulnya harus dengan ilmu, tapi tidak hanya embaca buku. Buku yang saya baca adalah buku adalah buku yang menjadi obeek saya mengajar. Buku yang saya ajarkan itu, mengajarkan buku ini, saya telaah, kemudian penambahan ilmu saya di situ terus mengingat yan g lalu sehingga menjadi keterpaduan. 

Kalau yang bisa dijadikan referensi, dan pengalaman yang dimana yang menjadi pembangun pesantren ini?

Referensi keilmuaan saya belajar dimana-mana cuma saya teringat saya memiliki, pertama saya di rumah saya, saya diajari ayah saya, kakak saya, diajari ilmu-ilmu dasar yang kemudian jadi alat pengembangan. Kemudian saya di pesantren Buduran, pernah di Cipasung, di Buduran saya merasa mendapatkan ilmu tapi hasil telaahan sendiri yang kemudian ditaashih oleh kiai, hasil pemahaman sendiri, disorogkan kepada kiai, ilmu membaca kitab, ilmu itu kemudian harus dibaca. 

Kitab itu ada dua hal yang ditemukan, satu ilmunya, kedua, pemhamannya, pemahaman, memahami teks itu itu tidak tidak bisa kalau tidak ditelaah, alat penelaaahan itu ada yang namanya ilmu alat, itu yang kemudian orang menjadi cerdas. Kemudian isinya. Isinya. Ya artinya kemudian orang sudah cerdas, berkecenderungan melakukan pemikkiran-pemikiran yang dijadikan alat pengembangan. Anak-anak di sini juga begitu, dibuat cerdas. Bagaimana caranya, dipaksakan paham dengan apa yang diajarkan. Oleh kkarena itu salah saru sistem di lembaga sini, jangan biarkan guru berhenti menjelasakan sebelum semua muridnya mengerti. Jangan biarkan murid berhenti bertanya sebelum dia memahami apa yang diajarkan gurunya. Itu salah satu sistem.

Dari tadi, kata kunci motivasi-motivasi. Semua orang pernah mendengar dan melakukannya. Motivasinya bagaimana dan cara menyampaikannya?

Itu kan, kalau orang sudah dikatakan referensinya Al-Qur’an yang tidak bisa dibantah. Di dalam Al-Qur’an disebutkan waman yatawaakkal alahhai barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka allah akan menjadmin keberhasilannya. Dan Allah pasti akan memberikan jaminan kepada yang tawakkal. Tawakal itu berupaya yang keras dan berdoa maksimal. Ketika murid melakukan berusaha keras dan berdoa yang maksimal ya berhsil. Yang memastikan berhasil Allah. Dan itu harus dipercayai karena itu Al-Qur’an. Kalau sudah itu kan sudah pasti dan saya tinggal menunggu waktu saja untuk mewujdukan itu. 




Terkait