Jakarta, NU Online
Khazanah keagamaan dan warisan budaya Nusantara dalam bentuk apapun perlu dikembangkan di tengah arus globalisasi sehingga identitas bangsa tidak tercerabut dari akar sosial masyarakatnya. Hal ini menjadi perhatian serius Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama untuk mengupayakan pengembangan dan penelitian sebagai langkah strategis.
Penggalian khazanah keagamaan dan warisan budaya dilakukan Balitbang dan Diklat Kemenag dengan menyelenggarakan forum internasional bertajuk International Symposium on Religious Literature and Heritage (ISLAGE) pada 15-18 September 2015 di Jakarta.
Forum yang rencananya digelar dua tahunan ini akan fokus menjaring wacana dan pemikiran baru dalam mengembangkan khazanah keagamaan dan menghasilkan formulasi yang tepat dalam mengonservasi warisan budaya di tengah era globalisasi.
Pada gelaran tahun 2015 tersebut, tidak tanggung-tanggung, Balitbang dan Diklat Kemenag menghadirkan para pakar dan peneliti senior dari berbagai negara. Mereka diantaranya, Prof. Dr. Azyumardi Azra (Pakar Sejarah UIN Jakarta), Prof. Dr. Iik Arifin Noor (Arkeolog UIN Jakarta), Prof. Dr. Mark R. Woodward (Arizona State University), Prof. Dr. Joel Khan (Anthropolog Australian University), Prof. Dr. Anthony Reid (Pakar Sejarah National University of Singapore), Dr. Annabel Teh Gallop (Filolog British Library), dan Dr. Dick van der Meij (Pakar Sejarah Leiden University).
Kegiatan ini diikuti oleh berbagai komunitas dari dalam maupun luar negeri berjumlah 120 orang, seperti peneliti, akademisi, dosen, aktivis sosial dan lembaga-lembaga yang mempunyai concern terhadap kajian lektur dan khazanah keagamaan. Mereka mempresentasikan berbagai tema yang terkait kajian lektur klasik maupun kontemporer, sejarah sosial keagamaan, arkeologi keagamaan dan seni budaya, serta tradisi keagamaan.
Selain itu, fokus penggalian juga menyoroti variabel strategis terkait Naskah Klasik Keagamaan (Religious Manuscripts), Lektur Keagamaan Kontemporer (Religious Contemporary Literature), Sejarah Sosial Keagamaan (Religious Social History), Seni Budaya Keagamaan (Religious Art and Culture), dan Arkeologi dan Inskripsi Keagamaan (Religious Archaeology and Inscription).
Dalam kegiatan ISLAGE telah melahirkan kesepakatan-kesepakatan penting terkait pengembangan kelembangan Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan, kajian lektur dan khazanah keagamaan, dan penguatan kerjasama dan jaringan dengan lembaga-lembaga lain yang mempunyai concern yang sama.
Pertama, Memperkenalkan dan menyosialisasikan produk penelitian dalam bentuk eksibisi dengan institusi regional. Kedua, membangun kerjasama dengan sangar seni Seraung dan Ketuhanan dalam membangun gotong royong.
Ketiga, menciptakan penelitian bersama dengan lembaga-lembaga internasional untuk membentuk dan menyamakan model penelitian baru terkait dengan lektur dan khazanah di wilayah masing-masing. Kemudian keempat, menciptakan jaringan dengan lembaga pemerintah lokal untuk membangun kebijakan dalam penelitian yang berkaitan dengan lektur dan khazanah keagamaan. (Fathoni)