Jakarta, NU Online
Pada tahun 2018, Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama melakukan studi banding untuk meneliti manuskrip kuno yang terkait dengan Nusantara ke empat negara di Timur Tengah yaitu Turki, Iran, Mesir dan Marokko.
Studi banding ke negara-negara tersebut dilakukan dengan alasan bahwa negara Timur Tengah telah memiliki koneksi langsung dengan Nusantara sejak lama. Diperkirakan bahwa negara-negara tersebut menyimpan warisan leluhur bangsa Indonesia dengan cara yang bijaksana, bukan dengan membawa pergi dari Indonesia, melainkan berkat jalinan yang baik para ulama pada masa lampau. Terdapat ulama-ulama Indonesia yang menulis di negara Timur Tengah sambil menuntut ilmu. Sebut saja, Syekh Nawawi al-Bantani, ditemukan karyanya di Mesir dan Arab Saudi.
Dari keempat negara yang menjadi sasaran studi banding ditemukan model preservasi naskah klasik keagamaan, memiliki keragamaan dalam memantau, melihat, memperlakukan, dan menggunakan naskah klasik keagamaan di empat negara. Keempat negara tersebut memiliki pola pikir yang sama tentang pentingnya menjaga harta warisan bangsa, dan perlu dimanfaatkan oleh generasi penerus. Namun dalam penanganannya, terdapat perbedaan-perbedaan yang bisa menjadi bahan pelajaran dan bandingan bagi kita Indonesia dalam menangani manuskrip keagamaan.
Turki adalah negara yang memiliki sejumlah peninggalan warisan yang tergolong cukup lama. Peninggalan para nabi masih ditemukan di wilayah ini. Mereka sangat menghargai benda-benda sejarah, sehingga ada sebuah wilayah yang bernama Sangli Urfa, menjadi tempat yang masih bisa dilacak peninggalan sejarah sejak Nabi Ibrahim. Dalam penanganan manuskrip, Turki telah menggunakan metode dan alat-alat yang mutakhir. Mereka telah mampu menjaga manuskrip dengan bangunan dan lemari khusus, terbebas dari bencana apa pun, seperti kebakaran, gempa dan bencana lainnya.
Dalam pemanfaatannya kepada generasi sekarang, mereka telah men-scan dengan alat yang sangat canggih sehingga memberi kemudahan kepada pengguna dalam mengaksesnya. Mereka juga membuka kesempatan kerjasama dengan negara-negara lain dalam hal peningkatan konservasi barang-barang purbakala termasuk manuskrip, baik dalam peningkatan pengetahuan preservasi maupun cara penanganan langsung.
Iran merupakan negara yang memiliki hubungan erat dengan Indonesia. Negara ini memiliki kepedulian sangat serius kepada sejarah. Salah satu bentuk penanganan manuskrip di wilayah ini adalah dengan membuat katalog secara serius dan maksimal, di samping konservasi dengan alat-alat canggih. Keseriusan mereka dalam pemeliharaan manuskrip juga terlihat pada penggunaan alat yang mampu mendeteksi binatang yang sangat kecil yang dapat mengganggu kestabilan kertas dan tinta, yang akhirnya dapat merusak manuskrip.
Mesir, secara umum koleksi naskahnya sangat banyak, yang terdiri dari berbagai bahasa yang berkembang pada masa silam, seperti Parsi, Urdu, dan Arab, bahkan Melayu. Para ulama Nusantara pada masa silam sudah pernah mengadakan kontak dengan para ulama Timur Tengah termasuk Mesir. Namun, dalam pemanfaatan manuskrip untuk pengunjung dan pengguna, mereka masih jauh lebih tertinggal dibandingkan negara Indonesia yang sudah dikelola secara baik di Perpustakaan Nasional. Media akses langsung ke naskah juga tidak disediakan.
Pelayanan kepada pengunjung masih tertutup (closed access), bukan berbentuk opened access. Untuk mengakses naskah-naskah yang dituju harus mendapat izin dari kementerian terlebih dahulu. Cara seperti ini telah membuat kesulitan bagi para pengakses.
Marokko merupakan negara yang rajanya sangat peduli dan bertanggungjawab terhadap manuskrip. Pihak kerajaan sendiri yang menyimpan manuskrip warisan bangsa. Perpustakaan dibagi kepada perpustakaan milik istana yang bisa digunakan dan diakses oleh siapa pun; dan perpustakaan milik keluarga raja yang hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu saja seperti pejabat negara dan lainnya.
Perpustakaan kerajaaan adalah perpustakaan paling lengkap yang menyimpan warisan bangsa sejak masa awal Islam. Untuk pengaksesan hanya disediakan dalam bentuk digital untuk pengunjung. Dalam rangka preservasi manuskrip, pihak kerajaan melatih para pegawainya untuk belajar ke Jerman dan menggunakan alat-alat yang ada di Jerman dan Perancis. (Kendi Setiawan)