Balitbang Kemenag

Penguatan Bahasa Asing di Madrasah Al-Hikmah

Sabtu, 3 Desember 2016 | 01:02 WIB

Jakarta, NU Online
Kemampuan berbahasa dapat diperoleh dengan pembiasaan (habitualization). Terwujudnya pembiasaan terjadi karena mekanisme yang disengaja. Untuk mencapai  kebiasaan, sangat  diperlukan  adanya penekanan dan  pemaksaan yang  diimbangi dengan aplikasi sanksi yang konsisten. 

Demikian pula halnya dalam proses belajar bahasa asing, sangat dibutuhkan pembiasaan, sehingga bahasa asing itu tidak menjadi bahasa yang “asing” lagi, tetapi telah menjadi sesuatu yang  melekat dalam tradisi keseharian.

Hal itu juga yang menjadi salah satu temuan Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Balitbang dan Diklat Kemenag RI di MTs Al Hikmah MTs. Al Hikmah Kedaton Bandar Lampung. Di madrasah tersebut, dalam proses pembelajaran guru Bahasa Arab dan Inggris menggunakan bahasa pengantar Arab dan Inggris.

Pembinaan kecakapan berbahasa asing dilakukan melalui full day school. Full day school dengan pembelajaran yang tersentralisir merupakan wadah paling efektif dalam menanamkan kemam-puan berbahasa asing kepada peserta didik. 

Melalui interaksi pembelajaran yang  aktif,  kreatif,  intensif,  integratif  yang  dikemas  dalam  sistem asrama tersentralisir dan sistem pengawasan—atau lebih tepatnya pembinaan—24 jam, full day school menjadi sistem pembelajaran yang sangat signifikan untuk dikembangkan dalam proses transformasi pendidikan.

Bahasa asing—baik Ingris, Arab, dan lainnya—merupakan media yang acap digunakan dalam transformasi informasi dan keilmuan mutakhir. Menjadi suatu  keniscayaan untuk memahami bahasa asing agar kita tidak mengalami ketertinggalan informasi dan keilmuan.

Pada sisi yang lain, bahasa asing merupakan akses informatif yang sangat  bernilai dalam memacu dinamika keilmuan sekaligus mengangkat mutu peradaban. Sistem persekolahan konvensional selama ini kurang mementingkan pengawasan bahasa asing tersebut. Hal ini terjadi disamping karena human resources yang kurang memadai, juga sering terjadi anggapan bahwa belajar berbahasa asing sangat sulit, kurang penting, dan atribut-atribut lainnya yang bersifat  menghambat,  bahkan  memudarkan  semangat belajar bahasa asing.

Full day school lahir sebagai upaya pembenahan terhadap kemampuan berbahasa asing siswa. Melalui pola kerja tertentu, di desain sistem sedemikian rupa sehingga siswa akan menyenangi bahasa asing, menyadari nilai signifikansi bahasa asing, termotivasi untuk menggunakan bahasa asing dalam aktivitas keseharian sehingga bahasa asing  menjadi sesuatu yang dekat dan inhern dalam dinamika hidup keseharian. (Kendi Setiawan/Abdullah Alawi)