Balitbang Kemenag

Syiah dan Kekerasan Terhadapnya

Ahad, 15 Oktober 2017 | 22:30 WIB

Syiah dan Kekerasan Terhadapnya

Sumber: hipwee.com

Jakarta, NU Online
Selain kelompok Ahmadiyah, komunitas Syiah juga acap kali menerima perlakuan yang keras dari sebagian kelompok Islam lainnya. Demonstrasi, penolakan kegiatan, dan bahkan pengusiran dari kampung halaman adalah sederet perlakuan keras yang diterima komunitas Syiah selama ini. 

Apa yang sebetulnya menyebabkan kekerasan terhadap komunitas yang bermazahab Syiah itu? 

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Balitbang Diklat Kemenag RI tahun 2016 lalu, setidaknya ada enam penyebab kekerasan terhadap komunitas Syiah. Pertama, tuduhan sesat terhadap mereka yang bermazhab Syiah. Ada gerakan-gerakan yang melakukan mobilisasi dan menuduh Syiah itu sesat. Kaum muslim yang ‘tidak mengerti apa-apa’ akhirnya ikut-ikutan untuk membenci kelompok Syiah. Saat ada kelompok yang mengajak untuk melakukan demo dan kekerasan, kaum muslim ‘yang tidak mengerti apa-apa’ tentang Syiah secara mendalam itu ikut.

Kedua, kelompok Syiah Takfiri. Sama seperti Sunni, mazhab Syiah juga tidak bulat satu tetapi ada beberapa—bahkan puluhan—sekte Syiah. Syiah Takfiri adalah salah satunya. Ajaran Syiah ini tidak seperti umumnya dipahami oleh Syiah Imamiyah, sekte terbesar dalam mazhab Syiah. Salah satu pentolan sekte Syiah ini adalah Yasir Habib yang tinggal di London. Menurut Yasir, ada 8 televisi Syiah Takfiri dan semua didanai Zionisme internasional, termasuk Arab Saudi dan Bahrain. Semua televisi itu dibiarkan melaknat para sahabat besar Nabi Muhammad dan Aisyah.  

Ketiga, adanya kelompok Salafi Takfiri. Kelompok ini dari tahun ke tahun semakin menyebar di negara-negara Islam. Mereka seringkali mengkafirkan kelompok-kelompok yang tidak sepaham dengan mereka, baik kelompok Sunni lainnya apalagi kelompok Syiah. Hampir semua rentetan peristiwa yang memposisikan mazhab Syiah tidak layak menjadi alternatif suatu mazhab dipelopori oleh kelompok ini.

Selanjutnya, perbedaan dalam memposisikan kitab sebagai sumber ajaran (Kitab Sunni dan Kitab Syiah). Komunitas Syiah selalu melakukan kritik terhadap kitab—meskipun kitab tersebut dikarang oleh seorang ulama besar. Jika kitab tersebut tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan akal sehat, maka mereka tidak akan merujuknya lagi. Hal ini juga dilakukan sebagian kalangan Sunni. Ada sebagian kalangan Sunni dan anti-Syiah yang memposisikan kitab-kitab sahih sebagai rujukan setara dengan Al-Qur’an.

Kelima, kelompok anti-Syiah tidak melakukan klarifikasi (tabayun). Memahami mazhab Syiah untuk kepentingan persatuan bangsa dan kerukunan internal umat beragama mestinya harus diikuti dengan tabayun atau klarifikas secara benar dan mendalam. Namun, terkadang mereka mengabaikan proses klarifikasi atau tabayun ini sehingga akhirnya mereka membenci kelompok Syiah berdasarkan persepsinya sendiri. Saat narasi kebencian terhadap Syiah terbangun, lalu disampaikan kepada umat Islam agar diikuti, maka terjadilah kebencian massal yang akut terhadap mazhab Syiah. 

Terakhir, komunitas Syiah berbahaya bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan kelompok Sunni. Ada kelompok-kelompok tertentu yang sengaja mengembuskan tuduhan bahwa Syiah itu berbahaya bagi NKRI dan Sunni. Berdasarkan fakta yang ada, tuduhan ini juga tidak memiliki dasar pijakan. Misalkan, saat terjadi perang antara Irak dan Iran. Meski di Irak yang mayoritas Syiah ketika perang dengan Iran, tetapi mereka tetap membela Irak, bukan Iran. Begitu pula dengan apa yang terjadi di Lebanon. 

Di Syiah memang ada sekte yang memang melenceng seperti Syiah Takfiri yang memaki-maki sebagian besar sahabat Nabi Muhammad. Tapi itu tentu tidak bisa mempresentasikan Syiah secara keseluruhan. Bukankah di Sunni juga ada sekte yang menyimpang dan melenceng, yaitu Islamic State of Iraq and Syuriah (ISIS)?   Wallahu ‘alam. (A Muchlishon Rochmat/Kendi Setiawan)