Daerah BANJIR SUMATRA

3 Pekan Tertimbun Lumpur 2,5 Meter, Aktivitas Dayah Lumpuh Total

NU Online  ·  Ahad, 14 Desember 2025 | 20:00 WIB

3 Pekan Tertimbun Lumpur 2,5 Meter, Aktivitas Dayah Lumpuh Total

Aktivitas Ansor-Banser membersihkan dayah dari lumpur di Pidie Jaya, Aceh, Ahad (14/12/2025). (Foto: NU Online/Helmi)

Pidie Jaya, NU Online

Aktivitas pendidikan di Dayah (Pesantren) dan Kampus Ummul Ayman 3, Kecamatan Meurah Dua, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh lumpuh total akibat banjir bandang yang menerjang kawasan tersebut sejak Selasa malam (25/11/2025). 


Pantauan NU Online di lapangan saat bersama PC Ansor dan Bagana Pidie Jaya, hingga Ahad (14/12/2025), endapan lumpur setinggi 2 hingga 2,5 meter masih menimbun hampir seluruh kompleks pesantren dan kampus. Penanganan menggunakan alat berat belum juga tersentuh.


Banjir bandang datang secara tiba-tiba. Air sungai menggulung kawasan pendidikan yang meliputi Dayah Mahasiswa Ummul Ayman 3, SMP, SMK, serta Kampus STIS. Para santri sempat siaga menyelamatkan diri, namun derasnya arus membuat mayoritas barang-barang santri—kitab, pakaian, hingga perlengkapan asrama—rusak dan hanyut.


Air memang surut pada Jumat, tetapi meninggalkan bencana yang tak kalah berat, yaitu lumpur pekat menggunung setinggi 2 hingga 2,5 meter. Ruang belajar, asrama, balai, dan posko kompleks putra tidak bisa difungsikan. 


Kondisi paling memprihatinkan dialami rumah pimpinan dayah, Ubayya Tgk Muhammad Al-Musthafa Nuruzzahri, ME—putra Waled Nuruzzahri—serta beberapa rumah dewan guru lainnya yang tertimbun lumpur. Dari kejauhan, bangunan-bangunan itu nyaris tak terlihat, hanya menyisakan atap.


Akibat kondisi tersebut, seluruh santri terpaksa dipulangkan. Kegiatan belajar-mengajar dihentikan tanpa kepastian kapan bisa kembali normal. Ironisnya, banyak santri yang dipulangkan juga merupakan korban banjir di kampung masing-masing.


“Dayah kami juga dayah lainnya di Aceh belum bisa aktif belajar. Lumpur masih tinggi, basah, dan berat. Mau dicangkul tidak mungkin. Kami butuh alat berat dan dump truck,” ujar Waled Nuruzzahri pimpinan YPI Ummul Ayman Pusat dengan nada getir, Ahad (14/12/2025).
 

Waled NU sapaan akrabnya mengatakan bantuan pemerintah untuk hal tersebut sangatlah penting, ini terkait dunia pendidikan generasi penerus bangsa dan agama, dimana kepedulian pemerintah terhadap kondisi Aceh saat ini? 


"Masihkah ego dengan kondisi saat ini? Bantuan masih belum menyentuh puing-puing wilayah terparah termasuk dunia dayah hingga jelang 20 hari pasca banjir belum lagi listrik dan fasilitas lainnya masih lumpuh. Kalau memang tak mampu, tak hina kita minta bantuan tetangga (dunia internasional) atau masih mempertahankan ego?" pintanya dengan penuh harapan. 


Di tengah kegelisahan itu, bantuan justru datang dari sesama masyarakat sipil. Sejumlah kader Gerakan Pemuda Ansor dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser/Bagana) Pidie Jaya turun membantu membersihkan lumpur secara manual, meski dengan keterbatasan alat.


Sekretaris PC Ansor Pidie Jaya Tgk Muhammad mengatakan kehadiran Ansor dan Bagana adalah bentuk kepedulian dan solidaritas terhadap lembaga pendidikan Islam yang terdampak parah.


“Kami ikut sedih melihat kondisi dayah dan kampus Ummul Ayman. Sudah hampir sebulan, tapi bantuan alat berat belum juga datang. Kami turun semampu kami, walau kami tahu ini tidak cukup tanpa dukungan pemerintah,” kata Tgk Muhammad.


Ia menegaskan, kondisi yang dialami Ummul Ayman bukan kasus tunggal. Banyak dayah dan lembaga pendidikan Islam lain di Aceh mengalami nasib serupa, yakni lumpuh karena tertimbun lumpur dan menunggu penanganan yang tak kunjung tiba.


“Ini bukan hanya tentang satu dayah. Ini tentang masa depan pendidikan Islam di Aceh. Jika berbulan-bulan dibiarkan, bangunan bisa rusak permanen dan santri kehilangan hak belajarnya,” ujarnya.


Menurutnya, gotong royong masyarakat tidak boleh dijadikan alasan pembiaran oleh negara. Skala kerusakan yang masif membutuhkan intervensi serius pemerintah, terutama dalam pengerahan alat berat dan pemulihan infrastruktur pendidikan.


Hingga kini, yang tinggal di kompleks Ummul Ayman hanya beberapa dewan guru. Mereka bertahan sambil membersihkan bagian-bagian yang masih mungkin disentuh, meski setiap hujan turun, lumpur kembali lembek dan mengalir.


Di seberang sungai, kondisi Dayah Ummul Ayman 2 bahkan dilaporkan lebih parah. Lumpur lebih tinggi, dan sudut-sudut bangunan terus tergerus arus sungai. Kawasan ini berada tepat di sekitar jembatan Meureudu—jembatan vital yang sempat putus akibat banjir dan kini kembali difungsikan.


Melihat luasnya dampak dan lamanya penanganan, muncul pertanyaan keras dari kalangan pengelola dayah dan relawan: ke mana peran negara? Masihkah pemerintah bertahan dengan ego kebijakan tanpa menetapkan status musibah nasional, sementara lembaga pendidikan, rumah guru, dan masa depan ribuan santri terancam?


“Jika ini belum dianggap darurat, lalu apa ukuran darurat itu?” ujar Tgk Muhammad.


Pihak dayah berharap perhatian serius pemerintah pusat dan daerah, khususnya pengerahan alat berat secara segera. Tanpa itu, pemulihan mustahil dilakukan, dan lumpur akan terus mengubur harapan.


Hingga berita ini diturunkan, Dayah dan Kampus Ummul Ayman 3 masih terdiam di bawah timbunan lumpur, menanti kehadiran negara di tengah bencana yang belum benar-benar usai.


============


Para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman beranda atau via web filantropi di tautan berikut.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang