Helmi Abu Bakar
Kontributor
Banda Aceh, NU Online
Pengurus DPP Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh menjalin kerja sama dengan Dewan Eksekutif Mahasantri Asosiasi (DEMA) Ma'had Aly Aceh. Kesepakatan kerja sama bidang literasi ini akan berfokus pada penulisan berbasis kitab turats (kitab kuning).
Pertemuan penting bagi dunia kepenulisan ini berlangsung hangat di kawasan Darussalam, Banda Aceh, Kamis (26/5/2022).
Sebagai bentuk realisasi kerja sama akan dilaksanakan pelatihan jurnalistik dasar bagi para mahasantri secara virtual dalam waktu dekat ini.
"DEMA Ma'had Aly Aceh juga siap menjadi mitra DPP ISAD dalam lomba terjemah kitab turats dan penulisan karya ilmiah berbasis kitab kuning,” kata Ketua DEMA Ma'had Aly Malikussaleh Aceh, Tgk Muhammad Zulfahmi.
Ia mengatakan, pihaknya dan ISAD telah menyepakati akan mewarnai dunia dakwah Islam di Aceh dengan konten-konten ringan bersifat ilmu haaliyah, mendesak dan mesti diketahui oleh umat islam yang masih awam.
Sementara itu, Presiden Wilayah DEMA AMALI dan juga ketua DEMA Ma'had Aly Raudhatul Ma'arif Cot Trueng, Tgk Muhammad Athaillah menyambut baik kerja sama penting ini.
Ia berharap kerja sama dapat berkelanjutan sehingga dari kerja sama ini akan menghasilkan penulis yang memiliki pengalaman tinggi di kemudian hari.
Rapat kerjasama Mahasantri dan akademisi/aktifis dayah hadiri oleh sejumlah tokoh santri. Dari pihak ISAD hadir, Ketua Umum DPP ISAD Aceh, Tgk Mustafa Husen Woyla, Sekjen ISAD dan juga Dosen UIN Ar-Raniry, Tgk Zulkhairi MA.
Adapun dari pihak mahasantri terlihat hadir mewakili lembaganya, Wakil DEMA Ma'had Aly Malikussaleh Pantonlabu, Tgk Rahmad Sanusi, utusan DEMA Ma'had Aly MUDI Mesra, Tgk Rian Murhalim. Kemudian Wakil DEMA Ma'had Aly Babussalam, Matangkuli, Tgk Yafis Ismandar, dan Bendahara DEMA Ma'had Aly Babussalam Matangkuli, Tgk Syarwan.
Tokoh intelektual dayah Tgk Iswadi Arsyad atau akrab disapa Abah Laweung sangat mengapresiasi langkah dalam memajukan dunia dayah dengan program literasi.
"Patut diakui, hingga saat ini pesantren atau dayah telah berhasil dalam perannya sebagai lembaga pendidikan yang melestarikan budaya dan tradisi literasi klasik Islam kepada santri-santrinya. Tradisi literasi keilmuan pesantren pada akhirnya melahirkan dua corak pemikiran utama," ulasnya.
Menurut Abah Laweung, dua corak tersebut adalah pertama, bersifat normatif-teologis, menggunakan keilmuan Islam untuk membendung dampak negatif dari modernisasi. Kedua, bersifat historis-kritis, melihat semua pandangan ulama yang lahir pada masanya sedikit-banyak mendapatkan pengaruh dari kondisi politik, ideologi, sosial-budaya, dan ekonomi yang berkembang kala itu.
Abah Laweung yang juga Kaprodi PMI IAI Al-Aziziyah Samalanga mengatakan meski terkesan sangat bertolak belakang, tapi kedua corak ini sama-sama mampu menjadi wacana alternatif dari berbagai pemasalahan bangsa. Demikian panjang sejarah tradisi literasi keilmuan di pesantren hingga akhirnya bisa membentuk masyarakat santri yang madani seperti sekarang ini.
"Mungkinkah ruh tersebut bisa terus tumbuh dan menjadi spektrum hingga mempertajam kepekaan, spiritualitas, dan etika ekologis dalam tataran negara-bangsa?" ucapnya mengajak merenung.
Kontributor: Helmi Abu Bakar
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua