Brebes, NU Online
Lebih dari 80 persen murid SMK Bhakti Utama (BU) NU Songgom, Kabupaten Brebes Jawa Tengah mondok alias nyantri. Mereka memanfaatkan waktunya untuk belajar ilmu-ilmu agama, ketimbang kegiatan yang kurang bermanfaat.
“Dari 314 siswa, lebih dari 80 persen mereka mondok,” ujar Kepala Sekolah SMK BU NU Songgom Purwanto saat berbincang dengan NU Online di ruang kerjanya, Sabtu (21/1/17).
Mereka memiliki kesempatan mondok karena di area sekolah tersebut juga digunakan sebagai asrama pondok putri sedangkan putranya mukim di Pondok Pesantren Al Falah Jatirokeh, asuhan KH Mas Mansyur Tarsudi.
Purwanto menjelaskan, sekolah yang terletak di Jalan Raya Karangsembung, Jatirokeh Songgom Brebes itu memiliki 314 siswa yang tersebar di bidang keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR), Teknik Komputer Jaringan (TKJ) dan Farmasi. Mereka dibimbing 31 orang guru lulusan S1 dan S2 dengan rombongan belajar (rombel) sebanyak 11 kelas.
Sebelum lulus, kata Purwanto, para siswa sudah banyak yang memesan untuk bekerja karena sudah disalurkan lewat Bursa Kerja Kusus (BKK). Kalaupun mau kuliah, ada beasiswa beasiswa melanjutkan ke IKIP Veteran Semarang, Unnes, Unwahas Semarang. “Kalau mau mondok ke luar negeri, bisa melanjutkan nyantri di Johanes Burg Afrika Selatan, di sana ada pondok Thoriqoh Atijaniyah yang sudah kerja sama dengan kami,” ujar Purwanto.
Untuk menyalurkan bakat dan minat para siswa, lanjutnya, SMK BU NU juga menggelar kegiatan ekstrakurikuler, antara lain pencak silat Pagar Nusa, bulu tangkis, pramuka, dan lain-lain. “Pencak silat bahkan pernah pentas di Magelang saat Porsema tingkat Provinsi Jawa Tengah,” terangnya.
Selain itu, pada Porsema tingkat Kabupaten Brebes, SMK BU NU meraih juara 3 bulu tangkis putri, juara 2 puisi religi putra, dan juara 1 Pentas seni.
Purwanto beserta jajarannya kini tengah menyiapkan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) untuk 114 siswa kelas 12. Piranti Komputer sebanyak 40 set, Server, Clean, Listrik 10.000 watt juga sudah disiapkan. “Pada 13 Februari mendatang, anak-anak akan mengikuti simulasi tahap kedua,” tuturnya.
Sekolah yang terbuka bagi kalangan umum ini, tidak menerima uang pendaftaran bahkan bebas uang gedung. “Kami ingin anak-anak konsentrasi belajar tanpa terbebani pembiayaan, toh kami sudah mendapatkan BOS dari pemerintah. Anak-anak juga banyak yang mendapatkan beasiswa,” ungkapnya.
Meski digratiskan, sambungnya, sarana dan prasarana sekolah representative. Termasuk tersedianya laboratoium computer dan farmasi serta bengkel. (Wasdiun/Abdullah Alawi)