Agus Salim Rahmat, Santri Kades dan Upayanya Menghadirkan Negara di Tengah Masyarakat
Kamis, 10 Februari 2022 | 08:00 WIB
Kepala Desa Lengkong, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat masa khidmah 2019-2025, Agus Salim Rahmat (Foto: istimewa)
Malik Ibnu Zaman
Kontributor
Bandung, NU Online
Kepala Desa Lengkong, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat masa khidmah 2019-2025, Agus Salim Rahmat menceritakan bagaimana pengalamannya dari seorang santri hingga menjadi seorang kepala desa.
"Saya itu diproyeksikan oleh orang tua jadi kiai, jadi waktu ke Cirebon tidak keinginan sendiri. Jadi karena di sininya nakal, takut ada pergaulan, dan segala macamnya, akhirnya mesantren saja," ujar Agus Salim Rahmat pada tayanganMenyalakan Lilin dari Desa Lengkong untuk Indonesia diakses Rabu (8/2/2022).
Setelah nyantri selama empat tahun di Pondok Pesantren Kebon Jambu Babakan Cirebon, ia sebenarnya ingin melanjutkan ke UIN Bandung. Namun oleh orang tuanya disarankan untuk kuliah di luar Bandung. Lalu ia pun memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Pulau Garam, lebih tepatnya Pondok Pesantren Al-Amin Sumenep.
"Saya di Madura itu sembilan semester, berarti empat tahun setengah. Sampai lulus sembilan semester ada pengabdian satu tahun, saya pulang ke Bandung itu 2004. Masa-masa pengabdian waktu itu ke bagaian tugas di kesekretariatan, namanya Pusat Studi Islam milik Pondok Pesantren Al-Amin," ujar pria yang pernah mengemban amanah Bendahara GP Ansor Kabupaten Bandung itu.
Di Pusat Studi Islam itulah ia belajar banyak hal, belajar bagaimana menjadi sekretaris, bagaimana menulis ide-ide di dalam surat, belajar penelitian, dan belajar banyak hal. Pengalaman tersebut tersebut ternyata berguna di kemudian hari ketika menjadi seorang Kepala Desa.
"Tidak ada dalam buku diary kalau dulu ya cita-cita menjadi kepala desa, cuman kalau cita-cita jujur saja saya ingin jadi anggota DPR RI. Jadi waktu jadi aktivis, ketika menyampaikan aspirasi dari masyarakat didengar, saya senang," katanya.
Perjalanan dari seorang aktivis, lalu menjadi seorang pendamping desa membuat Agus Salim Rahmat tergerak hatinya untuk mencalonkan diri menjadi seorang Kepala Desa.
"Saya minta istikharah ke guru-guru, minta istikharah ke orang tua, ke sepuh-sepuh. Sebelum saya melangkah, saya ingin beranjak dari istikharah ini. Akhirnya semua menyatakan dari istikharah ini ada bagian katanya. Oh ya udah kalau begitu, nawaitu bismillah kan gitu. Cuma saya ini jangan sampai hati saya ini kotor punya niatan-niatan tertentu. Akhirnya terpilihlah menjadi kepala desa dengan berbagai macam dinamika," pungkasnya.
Menghadirkan negara di tengah masyarakat
Desa Lengkong memiliki dinamika yang beragam. Karanenya persaudaraan harus dikedepankan dalam hal apapun, baik itu dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selain itu negara juga harus hadir di tengah masyarakat. Hal itulah yang berusaha dilakukan oleh Desa Lengkong yaitu menghadirkan negara di tengah masyarakat.
"Kita kemas konsep tersebut menjadi 'Bagja', jadi Bagja itu singkatan dari bahagia dan sejahtera. Bagaimana sih konsep menghadirkan negara? sekarang yang dibutuhkan oleh masyarakat itu pelayanan," ujar Agus Salim Rahmat.
Upaya pelayanan yang dilakukan oleh Desa Lengkong terhadap masyarakat diantaranya adalah dalam hal kesehatan yaitu menyediakan ambulans, sapa lansia, memaksimalkan pelayanan administrasi.
"Kalau di kita ada beberapa program-program pembangunan sumber daya manusia berbasis keagamaan. Jadi seluruh DKM kita bikinkan grup, seluruh ibu-ibu majelis taklim kita kumpulkan menjadi satu grup, malah ibu-ibu itu jauh lebih aktif dari bapak-bapak," lanjutnya lagi.
Setiap dua minggu sekali Desa Lengkong juga mengadakan pengajian di Kantor Balai Desa Lengkong. Menurut Agus, hal tersebut adalah bentuk upaya desa menghadirkan negara di tengah masyarakat.
"Jangan sampai bahwa desa itu tidak ada bagian dari negara, nah tujuan paling utama dari konteks pemerintahan desa itu mensejahterakan masyarakat. Menghadirkan kembali negara itu bisa saja dengan konsep ngobrol, ngobrol di tengah masyarakat," jelasnya.
Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua